Ini Amar, Dia Laki-Laki Sekarang, tapi ya Jangan Diece

- Rabu, 22 Juli 2020 | 13:51 WIB
PROSES PANJANG: Amar Alfikar. Foto kanan: Amar berpose setelah mengikuti seminar. (AMAR ALFIKAR FOR JAWA POS)
PROSES PANJANG: Amar Alfikar. Foto kanan: Amar berpose setelah mengikuti seminar. (AMAR ALFIKAR FOR JAWA POS)

Ayah dan ibu Amar terus berusaha agar jangan sampai anaknya merasa sendirian hanya karena transisi yang dia lakukan. Dukungan dan cinta dari orang-orang terdekat itulah yang menguatkan Amar untuk mengejar mimpi melanjutkan kuliah ke jenjang S-2.

 

DEBORA D. SITANGGANG, Jakarta, Jawa Pos

 

TERKEJUT, marah, lalu mengusirnya. Sederet kekhawatiran itulah yang berkecamuk di benak Amalia jika dia akan terbuka kepada orang tuanya. Butuh waktu tidak sebentar bagi dia untuk sampai pada titik: apa pun konsekuensinya akan kuhadapi. Dan, akhirnya kepada orang tuanya dia terbuka bahwa dirinya hendak bertransisi menjadi laki-laki. Menjadi seorang transpria.

Ternyata yang dia khawatirkan tak terjadi. Ayahnya yang seorang kiai pengasuh sebuah pondok pesantren di Kendal, Jawa Tengah, dan ibunya, seorang Nyai, bisa menerima keterbukaannya itu.

’’Ibuku justru orang pertama yang bilang, Ibu lega kamu mau cerita. Ibu makin sayang sama kamu,’’ kenang Amalia yang kemudian resmi berganti nama menjadi Amar Alfikar pada 2016 itu.

Bulan lalu Amar sengaja membagikan kisah hidupnya tersebut di Twitter untuk menghormati kedua orang tuanya, KH Syamsul Maarif dan Nyai Hj Asnijah, yang telah berpulang. Berkat mereka, dia tidak ragu untuk melewati jalan yang panjang dan berbatu tersebut.

Bagi dia, warisan terbesar keduanya adalah cinta dan penerimaan terhadap dirinya. ’’Aku pribadi ingin banget banyak bicara soal ini, bagaimana aku melihat kedua orang tuaku yang punya posisi di institusi Islam,’’ ungkap Amar saat dihubungi Jawa Pos pada Jumat tiga pekan lalu (3/7). Proses transisinya dimulai pada 2015. Tapi, jauh sebelum itu, dia menyadari identitasnya sendiri.

Penerimaan orang tuanya itu juga bukan tanpa proses. Ada masa naik-turun juga. Hingga dua tahun mereka lewati dengan ratusan kali diskusi dan saling berbagi.

Paling banyak dengan ibunya. Sedangkan sang ayah paling semangat mewanti-wanti apa pun kondisinya saat itu, jangan sampai menghentikan semua usaha dan mimpi-mimpinya.

Amar masih kuliah saat itu. Mengambil jurusan sastra Indonesia di Universitas Negeri Semarang.

Sejatinya Amar sudah selesai skripsi saat proses transisi itu mulai dia jalani. Tapi, tidak bisa segera lulus. Sebab, dia ingin lulus dengan identitasnya yang baru. Perlu menunggu proses legalitas lagi hingga dia hampir drop out. Amar akhirnya lulus pada 2016 dengan nama barunya.

’’Bapak hanya bilang, apa pun kondisimu, jangan sampai kamu berhenti kuliah,’’ kenangnya. Omongan orang lain pasti ada. Kedua orang tuanya pun sampai kenyang menerima komentar miring. Tapi, konsekuensi itu sudah dia duga dan tak menyurutkan semangatnya untuk bertransisi menjadi dirinya yang sebenarnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X