Singapura Resesi, Ekspor RI Justru Naik

- Kamis, 16 Juli 2020 | 14:38 WIB

JAKARTA – Kabar baik datang dari kinerja perdagangan RI. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan RI pada Juni 2020 mencetak surplus USD 1,27 miliar.

Kepala BPS Suhariyanto menyebut capaian surplus itu sebagai situasi yang positif. Sebab, surplus kali ini memang ditopang dari kinerja ekspor impor, terlebih ekspor yang tercatat lebih besar daripada impor.

‘’Ini menggembirakan. Ekspor tumbuh, impor tumbuh. Bahkan, ekspor tumbuh di semua sektor, baik pertanian, industri pengolahan, dan pertambangan. Semoga bisa menjadi sinyal positif untuk bulan-bulan berikutnya,’’ ujarnya pada virtual conference di Jakarta, kemarin (15/7).

Suhariyanto menuturkan, nilai ekspor pada Juni 2020 lalu sebesar USD 12,03 miliar atau naik 15,09 persen mtm. Peningkatan nilai secara bulanan terjadi karena naiknya nilai ekspor migas maupun non migas.

Sementara itu, nilai impor pada Juni 2020 tercatat sebesar USD 10,76 miliar atau meningkat 27,56 persen mtm. Peningkatan nilai impor secara bulanan ditopang oleh peningkatan nilai impor baik itu konsumsi, bahan baku/penolong, dan barang modal.

Menariknya, BPS juga mencatat kinerja ekspor impor antara RI dan Singapura justru mengalami kenaikan pada Juni. Padahal, Negeri Singa itu baru saja masuk jurang resesi akibat dua kuartal berturut-turut mencatat pertumbuhan ekonomi minus.

Meski belum bisa memprediksi dampak apa saja yang ditimbulkan dari resesi Singapura, namun kondisi itu patut diapresiasi. ‘’Ekspor ke Singapura yang meningkat selama Juni ini adalah logam mulia, perhiasan dan permata, mesin dan perlengkapan listrik, mesin dan peralatan mekanis, serta tembakau dan rokok,’’ urai Suhariyanto.

Ekspor RI ke Singapura pada Juni tercatat mencapai USD 137,3 juta. Bahkan, sepanjang Januari-Juni, Singapura bertengger di posisi kelima sebagai pangsa pasar ekspor nonmigas Indonesia yakni mencapai USD 4,61 miliar atau 6,36 persen dari total ekspor.

Sementara itu neraca perdagangan di Jatim menunjukkan defisit. Kepala BPS Jatim, Dadang Hardiwan mengatakan secara kumulatif, selama Januari-Juni 2020, neraca perdagangan Jatim mengalami defisit sebesar USD 385,59 juta. Hal ini disumbangkan oleh selisih perdagangan ekspor-impor di sektor nonmigas yang surplus sebesar USD 1.023,15 juta. Tapi selisih perdagangan ekspor-impor di sektor migas justru mengalami defisit sebesar USD 1.408,74 juta.

''Surplus sektor nonmigas ini perlu lebih ditingkatkan agar neraca perdagangan Jatim kembali surplus di periode berikutnya,'' jelasnya. Disamping itu perlu diupayakan untuk menekan atau mengurangi defisit dari sektor migas.

Selama Januari-Juni 2020, ekspor yang keluar Jatim sebesar USD 9,64 miliar atau turun 2,77 persen dibandingkan Januari-Juni 2019, sebesar USD 9,92 miliar. Sedangkan untuk impor, pada Januari 2019 sebesar USD 11,39 miliar atau turun 11,98 persen dibandingkan Januari-Juni 2020 yang sebesar USD 10,03 miliar.

Jepang masih menjadi negara dengan tujuan ekspor nonmigas terbesar pada Januari-Juni 2020, yakni mencapai USD 1.409,64 juta (dengan peranan 14,96 persen). Disusul berikutnya ekspor ke Tiongkok sebesar USD 1.253,91 juta atau dengan peranan 13,31 persen, dan ke Amerika Serikat sebesar USD 1.208,69 juta dengan peranan 12,83 persen. Ekspor nonmigas ke kawasan ASEAN mencapai USD 1.933,06 juta atau dengan kontribusi sebesar 20,52 persen, sementara ekspor nonmigas ke Uni Eropa sebesar USD 717,70 juta (7,62 persen).

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menuturkan, Singapura merupakan hub perdagangan dan investasi yang cukup penting bagi Indonesia. Indikasi resesi Singapura tentu menjadi warning bagi Indonesia. Mengancam kinerja perdagangan akan terkontraksi cukup dalam. Apalagi, arus barang yang keluar dan masuk dari Indonesia sebagian melalui hub Singapura.

”Kalau volume ekspor impor di sana turun tajam ya kita harus bersiap kinerja perdagangan akan turun sepanjang tahun,” ujarnya melalui pesan singkat kemarin.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X