Bocor Dihantam Gelombang, KRI Teluk Jakarta Lalu Tenggelam

- Kamis, 16 Juli 2020 | 14:00 WIB
ilustrasi
ilustrasi

JAKARTA – Institusi militer tanah air kembali kehilangan alat utama sistem persenjataan (alutsista). Setelah helikopter milik TNI AD dan pesawat tempur TNI AU jatuh bulan lalu, Selasa (14/7) kapal perang milik TNI AL tenggelam. KRI Teluk Jakarta-541 yang tengah melaksanakan operasi di bawah koordinasi Komando Armada (Koarmada) II tenggelam di Perairan Kepulauan Kangean.

 Insiden itu terjadi selang sebulan dari kecelakaan alutsista milik matra udara di Pekanbaru, Riau. Meski kapal perang buatan Jerman itu tengah bertugas di bawah kendali Koarmada II yang bermarkas di Surabaya, Jawa Timur, hanya Mabes TNI AL (Mabesal) yang buka suara. ”KRI Teluk Jakarta-541 sedang melaksanakan operasi dukungan laut pergeseran logistik,” ungkap Kepala Dinas TNI AL Laksamana Pertama TNI M. Zaenal kepada awak media. 

Pergeseran logistik tersebut dilaksanakan untuk mendukung tugas yang tengah dilaksanakan di wilayah timur Indonesia. Sebelum tenggelam, kapal itu dihantam gelombang setinggi 2,5 meter sampai 4 meter. ”Gelombang laut di sekitar lokasi kejadian cukup tinggi,” tutur Zaenal. Diduga kuat hantaman gelombang itu menjadi asal-muasal petaka. Kebocoran terdeteksi dan tidak sanggup diatasi oleh 55 personel TNI AL yang mengawaki kapal tersebut. 

Berdasar informasi yang diterima Jawa Pos, KRI Teluk Jakarta-541 tenggelam sekitar pukul 09.00. Di tengah laut yang memiliki kedalaman sampai 90 meter, puluhan awak kapal perang itu berusaha menyelamatkan diri. Adalah KM Tanto Sejahtera yang membantu awak kapal tersebut. ”54 ABK (anak buah kapal) diselamatkan oleh KM Tanto Sejahtera,” imbuh perwira tinggi bintang satu TNI AL itu. 

Mereka beruntung lantaran saat KRI Teluk Jakarta-541 tenggelam, KM Tanto Sejahtera tengah berlayar dengan posisi 5 nautical mile dari lokasi kejadian. Sehingga mereka bisa cepat merpat dan menyelamatkan puluhan personel TNI AL yang mengawaki kapal perang buatan Jerman tersebut. Termasuk di antaranya seorang perwira yang juga bertugas sebagai komandan kapal. Sementara satu personel TNI AL lainnya diselamatkan KM Dobonsolo. 

Kapal penumpang yang tengah berlayar dari Makassar menuju Surabaya itu mendapat informasi KRI Teluk Jakarta-541 tenggelam pukul 13.03. Sumber informasi tidak lain KM Tanto Sejahtera. Kapal milik PELNI tersebut diminta melaju pelan. Sebab, masih ada seorang awak KRI Teluk Jakarta-541 belum dievakuasi KM Tanto Sejahtera. Dua jam setelah mendapat informasi, KM Dobonsolo menemukan seorang personel TNI AL terapung di lautan. 

Dia adalah Koptu Bambang. Personel Satuan Amfibi Koarmada II. Evakuasi Bambang sekaligus menutup pencarian yang dilakukan oleh TNI AL. ”Seluruh ABK berjumlah 55 orang dalam keadaan selamat,” tegas Zaenal. Menurut dia, TNI AL telah mengirim KRI R. E. Martadinata-331 untuk menjemput awak KRI Teluk Jakarta-541 yang berada di KM Tanto Sejahtera. ”Untuk selanjutnya akan dibawa ke Surabaya,” imbuhnya. 

Kecelakaan yang melibatkan KRI Teluk Jakarta-541 mengingatkan kembali pentingnya peremajaan alutsista TNI. Pakar militer Khairul Fahmi menyebut, KRI Teluk Jakarta-541 merupakan salah satu kapal ‘senior’ di jajaran TNI AL. Kapal kelas Teluk Gilimanuk itu didatangkan dari Jerman Timur bersama puluhan kapal lainnya. ”Itu awalnya kapal mangkrak di Jerman sana,” bebernya. 

Bersama KRI Teluk Jakarta-541, ada belasan kapal perang lain yang masuk kelas Teluk Gilimanuk. Fahmi menyebut, sejatinya Indonesia sudah memiliki kapal buatan dalam negeri yang setara dengan kapal kelas Teluk Gilimanuk. ”KRI Teluk Bintuni-520. Itu buatan dalam negeri,” kata dia. Namun demikian, keberadaannya masih perlu ditopang kapal kelas Teluk Gilimanuk. Untuk itu, Fahmi menyarankan ada evaluasi operasional kapal kelas Teluk Gilimanuk. 

Itu diperlukan untuk menunggu hasil investigasi yang dilakukan TNI AL. Berdasar informasi yang dia terima, rombongan petugas yang diberi mandate menginvestigasi insiden tenggelamnya KRI Teluk Jakarta-541 sudah berada di Surabaya. Namun demikian, bukan hanya investigasi yang perlu dilakukan. Menurut dia, peremajaan alutsista TNI tidak melulu harus dilakukan lewat belanja alutsista dari luar negeri. 

Dengan anggaran yang terbilang sedikit untuk ukuran pertahanan negara, Fahmi menyebutkan, pemerintah melalui Kementerian Pertahanan (Kemhan) mestinya sudah mulai menggalakan riset. ”Nggak perlu buru-buru, investasi riset hari ini untuk kemandirian di masa depan,” tuturnya. Anggaran riset sekarang, lanjutnya, masih sangat minim. Padahal itu penting untuk menunjang keinginan mengembangkan industri pertahanan lokal. 

Fahmi menilai, bila anggaran riset alutsista minim, tidak ada gunanya pemerintah terus bicara kemandirian alutsista. ”Omong kosong kita bicara kemandirian alutsista tapi nggak punya anggaran riset,” imbuhnya. Tentu riset tidak lantas menyetop belanja alutsista dari luar. Belanja dilakukan dengan memerhatikan transfer teknologi dan sharing produksi. Dengan begitu, dia yakin kemandirian alutsista tercapai. (syn/)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Garuda Layani 9 Embarkasi, Saudia Airlines 5

Senin, 22 April 2024 | 08:17 WIB
X