Andai tidak ada pandemi, Dodi Kusmajadi dan keluarga mungkin sudah menginjakkan kaki di Merauke setelah sebelumnya sampai Sabang. Wae Rebo jadi pemantik, sempat pula bantu korban gempa Lombok.
SAHRUL YUNIZAR, Jakarta
SUDAH sekitar empat bulan mobil itu tidak ke mana-mana. Diparkir tidak jauh dari kediaman sang pemilik, yang juga harus “terkurung” di rumah. “Pandemi, kami harus menepi dulu,” kata Dodi Kusmajadi, sang pemilik mobil, kepada Jawa Pos.
Padahal, sebelumnya mobil Colt Diesel yang bertulisan “Keluarga Kusmajadi” di badan kiri itu telah menempuh perjalanan sangat panjang. Telah sampai Sabang di ujung barat tanah air dan, itu tadi, kalau tidak ada pandemi, mungkin sudah sampai ke Merauke di ujung timur Indonesia.
Perjalanan bertajuk Unlocking Indonesia itu berlangsung sekitar 1,5 tahun. Dari September 2018 sampai mobil tersebut mulai diparkir di dekat kediaman sang pemilik di Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, 8 Maret lalu.
Selama 1,5 tahun itu, Dodi dan keluarga berada di jalanan. Hidup dalam mobil berjuluk Si Moti. Wae Rebo menjadi salah satu alasan perjalanan tersebut dimulai. Desa di atas awan tersebut begitu menghipnotis istri Dodi, Melati Muslaela Puteri.
Pertengahan 2017 Dodi dan Melati memang pernah ke sana. Selain alamnya, kerendahan hati masyarakat Wae Rebo menyentuh hati pasangan yang kini akrab dipanggil Ambu Melati dan Abah Dodi itu. Wae Rebo juga memantapkan keduanya untuk merancang perjalanan keliling Indonesia.
Sebelum kembali ke Jakarta pada Agustus 2018, Dodi, Melati, bersama kedua buah hati mereka, Abdul Hakim Putra Kusmajadi dan Nara Sabiya Putri Kusmajadi, sudah belasan tahun tinggal di Malaysia. Tepatnya 12,5 tahun. Waktu yang sangat lama. Sehingga menyusun petualangan panjang keliling Indonesia bagi mereka menjadi tidak mudah. Ada banyak pertimbangan, terutama terkait dengan pendidikan Hakim dan Sabiya.
Belum lagi pekerjaan yang belasan tahun sudah digeluti Dodi dan Melati. Mereka harus mundur. ”Dan tentu harus meninggalkan segala kenyamanan hidup yang pernah kami dapatkan selama di Malaysia,” tuturnya.
Meski Dodi bersama keluarganya senang pelesir dan traveling ke banyak tempat, rencana keliling Indonesia jelas berbeda. Butuh waktu lama. Tentu dengan energi yang juga tidak sedikit.
Hakim tidak terlalu ambil pusing dengan rencana kedua orangtuanya. Namun, Sabiya sempat bertanya-tanya, bagaimana mungkin setahun lebih tinggal di jalan. Karena itu, Dodi dan Melati tidak memaksa. Mereka memberi opsi agar Hakim dan Sabiya bisa memilih. Ikut atau tidak. Terserah mereka. Diskusi panjang itu terjadi sampai Hakim dan Sabiya sepakat ikut. ”Dan harus homeschooling,” beber Dodi.
Sebagai rumah berjalan, Si Moti dirancang tidak sebatas untuk mengakomodasi perjalanan jarak jauh. Tapi juga menjadi tempat istirahat, belajar, dan melakukan aktivitas lain. Ada set tempat tidur dalam Colt Diesel yang disulap menjadi karavan dengan biaya sampai Rp 700 juta itu.