Properti Butuh Insentif

- Rabu, 15 Juli 2020 | 12:10 WIB
Sektor properti membutuhkan percepatan insentif di segala lini guna mendorong pemulihan setelah dampak yang cukup hebat dari pandemi Covid-19. Penurunan suku bunga BI menjadi harapan.
Sektor properti membutuhkan percepatan insentif di segala lini guna mendorong pemulihan setelah dampak yang cukup hebat dari pandemi Covid-19. Penurunan suku bunga BI menjadi harapan.

Sektor properti membutuhkan percepatan insentif di segala lini guna mendorong pemulihan setelah dampak yang cukup hebat dari pandemi Covid-19. Penurunan suku bunga BI menjadi harapan.

 

BALIKPAPAN-Kepala Realestat Indonesia (REI) Kalimantan Timur Bagus Susetyo mengatakan, pasar properti membutuhkan angin segar menyusul adanya pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia menjadi 4,25 persen. Turunnya suku bunga BI 7-days reserve repo rate (BI 7DRRR) tersebut diharapkan bisa mendorong dan membawa harapan besar ke sektor properti di tengah pandemi corona dan fase kenormalan baru.

"(Penurunan suku bungan acuan BI, Red) diharapkan akan memberi pengaruh terhadap pergerakan sektor properti, sehubungan dengan lebih aktraktifnya cost of fund bagi sektor properti, baik dari sisi penyediaan pasokan ataupun permintaan produk properti," katanya Selasa (14/7).

Sejalan dengan itu, perbankan diharapkan supaya segera menindaklanjuti penurunan suku bunga acuan BI dengan melakukan penyesuaian suku bunga kredit investasi dan konsumsi sehingga secara langsung dapat memberikan sentimen positif pada industri properti.

Hal lain yang tak kalah penting agar bisnis properti dapat bergairah adalah adanya kemudahan dan solusi akses pembiayaan, baik untuk konsumen dari sisi permintaan dan pengembang dari sisi penyediaan pasokan.

"Tentunya aspek financing ini bukan satu-satunya langkah yang ditempuh, melainkan insentif lainnya dari sisi perpajakan dapat turut memberi percepatan untuk pergerakan kinerja sektor properti," katanya.

Terkait hal ini, DPP Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) pusat juga sebelumnya menyampaikan bahwa pihaknya meminta percepatan relaksasi di bidang perpajakan yang dinilai bisa menyelamatkan industri properti di tengah adangan pandemi corona.

REI di antaranya meminta penurunan pajak penghasilan final transaksi dari 2,5 persen menjadi 1 persen berdasarkan nilai aktual transaksi bukan berdasarkan nilai jual objek pajak (NJOP). Kemudian, peninjauan kembali pajak penjualan atas barang mewah dan pajak pertambahan nilai.

Lalu, penghapusan atau keringanan pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, pajak penerangan jalan umum, tidak ada kenaikan NJOP serta relaksasi lainnya.

Direktur Utama OT Rachmat Land Group, Andi Sangkuru mengatakan, saat ini konsumen fokus kepada kebutuhan pangan dan kesehatan. Selain itu, pandemi Covid-19 membatasi ruang gerak. Pasalnya tidak ada pembangunan untuk unit baru.

Penurunan pembelian, terjadi dari segmen pembeli end user yang memang untuk kebutuhan hunian. Mereka cenderung menahan diri demi mengamankan pemenuhan kebutuhan hidupnya di tengah kondisi ekonomi yang terguncang akibat wabah corona

"Developer tidak bisa lagi melakukan pameran dan sebagainya. Perilaku konsumen juga berubah karena mobilitas berkurang. Saat ini konsumen kalau survei dan bertanya via media sosial dan messenger," katanya.

Untuk mengatasi kondisi itu, maka pengembang mengambil sejumlah langkah guna memulihkan minat masyarakat. Di antaranya, melakukan perancangan kembali target penjualan. Andi menyebut pihaknya melakukan re-engineering target market, yang lebih fokus kepada karyawan dan profesional

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Transaksi SPKLU Naik Lima Kali Lipat

Jumat, 19 April 2024 | 10:45 WIB

Pusat Data Tingkatkan Permintaan Kawasan Industri

Jumat, 19 April 2024 | 09:55 WIB

Suzuki Indonesia Recall 448 Unit Jimny 3-Door

Jumat, 19 April 2024 | 08:49 WIB

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB

Harga Emas Melonjak

Selasa, 16 April 2024 | 16:25 WIB
X