Satu per satu, objek wisata di Kota Minyak mulai menunjukkan diri. Seolah menyambut era kewajaran baru. Dengan harapan, industri ekonomi kreatif bisa kembali bangkit.
Empat bulan lamanya, seluruh destinasi di Kota Minyak menutup rapat pintu dari pengunjung. Meski dengan rasa terpaksa, namun hal ini tentu demi kebaikan bersama.
Akan tetapi baru-baru ini, kebijakan Pemkot Balikpapan mengembuskan angin segar bagi pelaku usaha di sektor wisata. Pasalnya, lampu hijau tanda kembali diizinkannya aktivitas pariwisata, telah dikeluarkan.
Meski banyak yang mesti dipersiapkan, pihak pengelola semangat menyambut kondisi ini. Dengan tetap mematuhi aturan yang telah ditetapkan Pemkot Balikpapan. Hal serupa dirasakan Mangrove Center Balikpapan.
Wisata edukasi satu ini kembali beroperasi sejak awal Juli, tepatnya Kamis (2/7) lalu. Kendati telah dibuka, tampaknya kegiatan renovasi masih berjalan.
Agus Bei selaku pihak pengelola menegaskan, untuk sementara tidak menerima wisatawan luar daerah dan turis asing. Sebab menurut dia, keamanan pengunjung lokal masih menjadi prioritas.
“Kami benar-benar harus menjaga soal wisatawan ini. Untuk pengunjung yang sedang sakit juga kami larang,” ujar dia.
Di samping itu, nyatanya kegiatan renovasi masih berjalan. Di mana mendekati rampung sekitar 80 persen. Ia menyebut tak ingin menunda-nunda dibukanya objek wisata tersebut, karena memikirkan mata pencarian warga sekitar.
Sebelumnya, Agus memang berencana membangun beberapa fasilitas penunjang untuk pengunjung. Seperti musala, gudang, serta beberapa ruang lain. Termasuk jembatan yang juga dibuat lebih panjang, dengan target kurang lebih 1 kilometer.
Perihal proses ini penerima Kalpataru 2017 ini mengaku tidak mudah. Sebab, anggaran yang memang masih terbatas. Beruntung banyak donatur yang mengulurkan tangan untuk pembangunan kawasan Mangrove tersebut. Salah satunya Pemprov Kaltim yang memberi bantuan untuk 53 meter jembatan, yang dikerjakan oleh masyarakat sekitar.
Menanggapi soal dibatasinya pengunjung hingga 50 persen, dia tidak mempermasalahkan hal itu. Jika dibanding objek wisata lain, Mangrove Center masih cukup aman. Mengingat kecil kemungkinan adanya penumpukan pengunjung.
Terakhir, Agus berharap bentuk dorongan pemerintah kepada objek wisata daerah. Tak hanya pemerintah daerah, namun pemerintah pusat. Ia mengakui pemerintah daerah memiliki keterbatasan, karenanya pusat sudah sepatutnya turun tangan dalam hal ini Kementerian Pariwisata.
“Harusnya ada keterkaitan. Kementerian Pariwisata mesti turun untuk meninjau langsung ke lapangan,” pungkasnya. (*/okt/ms/k15)