OKINAWA– Negara-negara di berbagai belahan dunia kewalahan menghadapi persebaran virus SARS-CoV-2. Pemerintah Jepang yang masyarakatnya identik dengan kepatuhan pun frustasi. Tetapi, itu memang bukan gara-gara penduduknya, melainkan warga negara asing yang ada di sana.
Gubernur Okinawa Denny Tamaki geram. Sebab, ada lonjakan jumlah kasus Covid-19 di wilayahnya. Puluhan kasus itu muncul di wilayah kedaulatan Amerika Serikat (AS). Tepatnya, di dua markas militer di prefektur tersebut.
’’Kami kecewa karena virus menyebar di antara personel militer AS. Padahal, penduduk Okinawa telah melakukan upaya terbaik untuk mencegah penularan,’’ ujar Tamaki sebagaimana dilansir BBC.
Minggu (12/7) pemerintah Okinawa mencatatkan 61 kasus baru di kawasan militer AS. Sebanyak 38 kasus muncul di pangkalan udara Korps Marinir Futenma. Sisanya muncul di Kamp Hansen. Kasus di area itu terus meningkat sejak kali pertama dilaporkan pada 7 Juli lalu.
Sabtu lalu (11/7) Tamaki berbincang via telepon dengan Letjen Stacy Clardy, komandan Marine Expeditionary Force di Okinawa. Dia meminta militer AS memperketat kebijakan kunci sementara (kuntara) untuk meredam Covid-19. Dia juga meminta agar tidak ada lagi personel militer dari luar Okinawa yang dikirim ke sana. ’’Kami ragu militer AS sudah menerapkan kebijakan yang cukup serius untuk mencegah persebaran virus,’’ tegasnya.
Wajar jika Tamaki marah. Sebab, sejak pandemi melanda Jepang, Okinawa menjadi wilayah yang sukses meredam penularan Covid-19. Hingga kemarin, total kasusnya tidak sampai 150 jiwa. Sementara itu, di Tokyo, jumlah kasusnya sudah menembus angka 7 ribu.
Di sisi lain, AS tidak cukup terbuka melaporkan perkembangan kasus Covid-19. Mereka baru mengungkap angka pasti penderita setelah pemerintah Jepang berkali-kali mendesak. Padahal, beberapa tentara yang baru dikirim dari AS untuk rotasi staf juga sempat menginap di hotel. ’’Kami sudah melakukan upaya pencegahan untuk melindungi pasukan, keluarga, dan komunitas lokal.’’ Demikian klaim tertulis Korps Marinir AS.
Di Jepang ada sekitar 50 ribu tentara AS yang bertugas. Setengah di antaranya berada di Okinawa. Fakta tersebut menjadi sumber keluhan dari warga lokal. AS mendapat sorotan di dunia karena persebaran virus SARS-CoV-2 yang tak kunjung reda. Angka persebaran harian terus berada di atas 50 ribu jiwa dalam sepekan terakhir. Di saat genting seperti itu, pemerintah daerah malah bertengkar soal kebijakan pemakaian masker dan membuka kelas fisik di sekolah.
Hal yang sama terjadi di Inggris. Negara tersebut merupakan yang paling terdampak Covid-19 ketiga setelah AS dan Brasil. Sampai saat ini, politisi Inggris masih beradu argumen tentang perlunya kewajiban menggunakan masker. Michael Gove, pejabat senior Inggris, menolak wacana tersebut.
’’Aturan wajib pakai masker tak diperlukan. Saya lebih percaya mereka akan bertanggung jawab dan memakai masker jika diperlukan,’’ ungkapnya.
Inggris memang tak seperti negara-negara lain di Benua Biru. Royal Society's SET-C mencatat bahwa hanya 25 persen warga Inggris yang menggunakan masker pada April lalu. Itu berbeda jauh dengan Italia yang mencatat 83,4 persen penggunaan masker. Di Spanyol, penggunaan masker mencapai 63,8 persen. (bil/c20/hep)