Amelia Hapsari, Juri Oscars dari Indonesia, Wakil Keberagaman di Era Baru The Academy

- Selasa, 14 Juli 2020 | 10:49 WIB
Amelia Hapsari
Amelia Hapsari

Awal Juli lalu, Amelia Hapsari bergabung dengan 818 anggota baru Academy of Motion Picture Arts and Sciences (AMPAS) atau juga disebut The Academy, organisasi profesional yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan Oscars.

 

AMELIA Hapsari menjadi satu-satunya yang berasal dari Indonesia dalam jajaran juri yang diumumkan The Academy. Namanya masuk dalam kelompok Documentary. Ini tentu menumbuhkan harapan agar kelak ada karya sineas Indonesia yang masuk dalam kompetisi film paling bergengsi di dunia tersebut.

’’Duh, gimana ya rasanya. Unbelievable,’’ kata Amel saat ditanya ketika melihat namanya dalam pengumuman. Dia ditemui di kantor In-Docs, kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pada Jumat pagi (10/7).

Perempuan kelahiran Semarang, 25 Juni 1979, itu tidak pernah membayangkan atau bermimpi menjadi anggota AMPAS. Selama ini dia hanya berkeinginan bisa memajukan produksi dan kualitas film dokumenter Indonesia. Ada dua cara untuk bisa menjadi anggota AMPAS. Pertama, karya film dari seseorang harus masuk dalam jajaran nominasi Academy Awards. Contohnya adalah Han Jin-won, penulis skenario Parasite yang juga masuk dalam jajaran baru anggota AMPAS, setelah filmnya masuk nominasi serta menang Best Picture dan Best Original Screenplay Oscars tahun ini.

Cara kedua, seseorang harus direkomendasikan atau ditunjuk dua anggota AMPAS sebelumnya. Amel terpilih lewat cara kedua. Masuknya ke jajaran anggota penilai film-film yang bakal menang piala Oscar itu tidak terlepas dari produser film asal London, Joanna Natasegara.

Joanna adalah produser film dokumenter Virunga yang masuk sebagai nomine kategori Best Documentary Feature pada Academy Awards 2015. Dengan begitu, Joanna otomatis masuk dalam keanggotaan AMPAS. ’’Saya suka filmnya dan ketemu Joanna di London tahun lalu dan ngobrol soal strategi film dokumenter yang baik,’’ cerita Amel.

Pada April lalu, Joanna –yang berdarah Indonesia– meminta Amel memberinya daftar riwayat hidup. Katanya, Joanna hendak mengenalkan Amel kepada seseorang. ’’Tapi, bener-bener nggak dijelasin orang itu siapa. Setelah saya kirim pun, nggak ada kabar lagi dari Joanna,’’ jelas Amel. Dia pun kembali sibuk dengan tugasnya di In-Docs.

Tiga bulan kemudian, Amel menerima e-mail dari Lisa Hasko –salah seorang koleganya– yang menyebutkan bahwa dirinya terpilih masuk dalam keanggotaan AMPAS. Selain Joanna, ibu dua anak itu tidak tahu siapa lagi yang menominasikannya agar bisa masuk menjadi anggota. ’’Kan harus dua orang. Mungkin nanti saya mau tanya lagi siapa yang menominasikan saya,’’ ungkap Amel yang tidak tahu proses di balik keterpilihannya.

Namun, bagi perempuan yang pernah menjadi jurnalis radio di China Radio International tersebut, bukannya capaian, menjadi juri Oscars adalah tanggung jawab. Alumnus Media Studies Ohio University itu punya kewajiban untuk bisa mengembangkan industri perfilman secara global sekaligus memberi apresiasi secara objektif dan berdasar.

Dia berhak memberikan vote pada film-film yang masuk nominasi Academy Awards. Meski masuk dalam kelompok Documentary, istri Nick Calpakdjian itu juga bisa memberikan vote untuk kategori lain. Termasuk film panjang yang masuk dalam nominasi Best Picture.

Ternyata keberagaman juri dalam AMPAS kali ini bertepatan dengan adanya kebijakan baru. Yakni, jumlah anggota perempuan, anggota ras selain kulit putih, dan anggota di luar AS harus ditambah. Tujuannya, meningkatkan keterwakilan dan keberagaman dalam internal organisasi tersebut. Apalagi, dalam beberapa tahun ini, ajang itu kerap dikritik terkait dengan kurangnya keterwakilan perempuan dan isu ras #OscarsSoWhite. Mereka berbenah agar Oscars lebih baik.

Amel mewakili semua poin yang menjadi kebijakan baru tersebut. Perempuan, non-kulit putih, dan berasal dari luar AS. Menyikapi itu, dia makin bangga bisa bergabung. Menurut perempuan yang pernah mengelola rumah produksi Casa de Producao Audiovisual di Timor Leste tersebut, Academy Awards dan AMPAS harus bisa mencerminkan dunia. ’’Bagaimana bisa mencerminkan dunia yang beragam kalau filmnya tidak beragam?’’ komentarnya.

Kebijakan baru itu, menurut dia, bisa berdampak bagus bagi industri film Indonesia. Dia berkesempatan memperkenalkan film-film Indonesia yang berkualitas kepada anggota lain. Namun, katanya, peran dia saja tidak cukup. Kampanye untuk Oscars sangat terstruktur dan besar. Dibutuhkan event atau upaya agar sebuah film, apalagi yang berasal dari luar AS, mendapat rekognisi insan perfilman di organisasi tersebut.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Garuda Layani 9 Embarkasi, Saudia Airlines 5

Senin, 22 April 2024 | 08:17 WIB
X