Keyakinan Membaik Ekonomi Kaltim pada Semester II, Mulai Tumbuh tapi Harus Ada Alternatif Lain

- Selasa, 14 Juli 2020 | 10:24 WIB
Kebergantungan terhadap lapangan usaha pertambangan, menjadikan kemampuan fiskal Kaltim turut bergerak senada dengan performa tambang yang fluktuatif.
Kebergantungan terhadap lapangan usaha pertambangan, menjadikan kemampuan fiskal Kaltim turut bergerak senada dengan performa tambang yang fluktuatif.

Ekonomi Kaltim, pada triwulan pertama tahun 2020 tumbuh positif mencapai 1,27 persen (yoy).

ANGKA itu memang lebih lambat dibandingkan periode sebelumnya, namun capaian tersebut relatif lebih baik di tengah merebaknya Covid-19, dibandingkan dengan beberapa provinsi Iain yang mengalami kontraksi. Namun, diharapkan Kaltim tetap mencari alternatif lain untuk pertumbuhan ekonomi. Sepanjang tahun lalu atau pada 2019 ekonomi Kaltim ada pada angka 4,77 persen.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw-BI) Kaltim Tutuk SH Cahyono mengatakan, memasuki Juni 2020  keyakinan masyarakat terhadap ekonomi Kaltim mulai membaik. Hal itu membuat optimisme ekonomi triwulan kedua bisa lebih bagus. Sebagai provinsi terdepan, yang mempunyai  kontribusi ekonomi terbesar di Pulau Kalimantan, dinamika Kaltim secara langsung akan memengaruhi perekonomian Kalimantan. Namun kebergantungan terhadap lapangan usaha pertambangan, menjadikan kemampuan fiskal Kaltim turut bergerak senada dengan performa tambang yang fluktuatif.

"Kaltim mutlak membutuhkan alternatif sumber ekonomi baru untuk menunjang perekonomian," jelasnya. Dia menjelaskan, batu bara maupun crude palm oil (CPO) Kaltim, cukup  potensial untuk dikembangkan lebih lanjut dalam rangka mendukung perekonomian yang lebih resilien melalui industri turunannya. CPO harus terus dikembangkan hingga produk turunannya, seperti B30 dan industri makanan. Begitu juga dengan batu bara, minyak, dan gas sebagai sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, harus diperpanjang rantai industrinya melalui hilirisasi. Investasi yang mulai masuk ke Kaltim juga harus diarahkan kepada industri turunan dan green industry.

Seharusnya lokasi geografi Kaltim membuka peluang untuk terciptanya green industry seperti pengolahan mineral, gasifikasi batu bara, ataupun pengolahan biodiesel, untuk menunjang ibu kota negara (IKN). Sementara di tingkat nasional pemerintah pusat memiliki rencana untuk mengembangkan PLTA di seluruh Indonesia, sehingga pengembangan green industry memiliki prospek yang cukup baik.

Dipilihnya Kaltim menjadi lokasi IKN, juga nantinya akan memengaruhi struktur ekonomi Kaltim secara keseluruhan. Sehingga akan menjadi daya tarik baru untuk investor baik domestik maupun asing. Meskipun kata Tutuk, seluruh keputusan terkait pembangunan IKN menjadi wewenang pemerintah pusat namun Kaltim terus akan mempersiapkan diri menjadi daerah penunjang IKN. Hal ini dapat dilakukan melalui persiapan infrastruktur, fasilitas, konektivitas, serta industri sehingga nantinya pergerakan ekonomi di IKN juga dapat dirasakan di wilayah Iain Kaltim.

"Ekonomi Kaltim memang masih tumbuh baik, namun kesiapan Kaltim untuk menumbuhkan sektor lain masih tertahan dengan investasi yang masih didominasi oleh barang mentah, bukan hilirisasi," pungkasnya. (ctr/far/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X