BALIKPAPAN-Pandemi Covid-19 belum memengaruhi target investasi Balikpapan. Target investasi tahun ini ditetapkan Rp 5 triliun. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Balikpapan, Elvin Junaidi mengatakan, tahun lalu realisasi yang diperoleh Rp 2,88 triliun. Pada 2020, pihaknya dibebankan target investasi sebesar Rp 5 triliun.
“Kami optimistis sampai akhir tahun bisa tercapai. Mulai Juli ini pemerintah juga telah memberikan kelonggaran. Bahkan, meski pandemi masih berlangsung, pemerintah enggan merevisi target tersebut,” ucapnya.
Menurut dia, selama pandemi berlangsung pelayanan perizinan tetap dilaksanakan. Namun, karena ada pembatasan aktivitas dan physical distancing maka investor enggan datang langsung. “Terkendala dengan orang mau ke sini tapi takut bepergian. Ditambah persyaratan penerbangan,” sebutnya.
Ia mengharapkan proyek perluasan kilang dan pemindahan ibu kota negara bisa menjadi daya tarik bagi investor tahun ini. Namun karena corona sehingga kondisi itu tidak memungkinkan. “Yang melakukan pengurusan izin ada saja. Rata-rata masih lokal di sektor perumahan, dan infrastruktur,” imbuhnya.
Elvin tetap yakin tahun ini dapat mencapai target dan akan dikejar pada semester kedua. “Yang bisa kita lakukan adalah promosi melalui sistem online. Dan kemudahan pelayanan perizinan,” ujarnya. Untuk mendongkrak investasi, upaya yang dilakukan tetap melakukan promosi dengan berbagai cara. Meskipun sosialisasi atau promosi pun masih terbatas.
Sebagai catatan, dari data Badan Pusat Statistik Balikpapan realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) pada 2019 sebesar Rp 2,5 triliun. Angka tersebut naik signifikan dibanding realisasi 2018 yang hanya sebesar Rp 1,1 triliun.
Namun demikian realisasi penanaman modal asing (PMA) pada 2019 justru melorot. Tahun lalu hanya Rp 384 miliar PMA di Balikpapan, sementara tahun sebelumnya sebesar Rp 637 miliar. Jatuh sekitar separuh.
Elvin Junaidi mengatakan PMDN mengalami kenaikan signifikan karena potensi investasi masih sangat besar. “Beberapa proyek infrastruktur sangat mendukung investasi yang diperoleh. Apalagi Balikpapan ‘kan sedang ada pembangunan kilang. Dampaknya bagi investasi modal dalam negeri cukup besar,” kata Elvin.Sementara itu, proses pembangunan kilang Balikpapan saat ini telah mencapai 16,32 persen.
Progres ini naik dari capaian triwulan 1-2020 yang tercatat 15,02 persen. Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menyampaikan, progres Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan saat ini masih on the track, meskipun dalam pelaksanaan pengerjaannya harus menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
“Megaproyek RDMP (kilang) dan GRR (grass roof refinery) merupakan proyek strategis nasional yang telah ditetapkan untuk terus dijalankan di tengah pandemi Covid-19 serta fluktuasi harga minyak mentah dan kurs rupiah terhadap dolar. Proyek ini penting untuk memastikan ketahanan dan kemandirian energi nasional dapat segera terwujud,” ujarnya.
Fajriyah menambahkan, progres RDMP Balikpapan meliputi empat pekerjaan, yakni engineering (6,05 persen), procurement (5,85 persen), construction (4,38 persen) dan commissioning (0,03 persen) sehingga secara keseluruhan mencapai 16,32 persen.
Proyek RDMP dan GRR secara keseluruhan, tambah Fajriyah, saat ini memperkerjakan sekitar 5.000 tenaga kerja di mana mayoritas di RDMP Balikpapan. Pada umumnya pekerja di RDMP Balikpapan berasal dari pekerja lokal, sehingga Pertamina harus terus menjaga keberlangsungan proyek ini agar ekonomi masyarakat di wilayah operasi bisa terus tumbuh dan bergerak maju.
Menurut Fajriyah, RDMP Balikpapan akan meningkatkan kapasitas pengolahan kilang dari 260 ribu barel per hari menjadi 360 ribu barel per hari serta meningkatkan kualitas produk BBM dari setara Euro II menjadi setara Euro V. Proyek RDMP Balikpapan juga disinergikan dengan pembangunan New Crude Lawe-Lawe Tankage Facility dengan kapasitas penyimpanan sebesar 2 juta barel. (aji/far/k15)