BALIKPAPAN - Kreativitas memang tak bisa diukur dari usia. Seperti halnya Sutiasih. Perempuan berusia setengah abad itu menyulap plastik jadi tas cantik. Jika dilihat sekilas, tas-tas itu seperti tas yang ada di pasaran.
Namun, ketika diperhatikan lebih dekat, barang-barang itu merupakan hasil daur ulang dari limbah plastik. Di antaranya, tutup botol air mineral dan plastik-plastik kemasan suatu produk.
Semua karya tersebut merupakan hasil buah tangan Sutiasih. Mengubah sebuah plastik bekas tak bernilai menjadi barang yang memiliki nilai. Serta meraup pundi-pundi rupiah dari sana.
Beragam produk berhasil dia buat, seperti tas dari karung goni, tempat sampah, dan tas dari tutup botol air mineral, pouch dari limbah detergen, juga tas anyaman bambu. Barang-barang ini dibanderol dari Rp 25 ribu–Rp 200 ribu.
Kegiatan ini dia geluti sejak 24 tahun lalu. Kata dia, hal ini berawal saat dia melihat banyak sampah plastik berserakan. Dia menyayangkan barang-barang tersebut terbuang percuma, apalagi sulit terurai. Hingga sebuah ide muncul untuk mengolah barang bekas tersebut.
“Waktu itu sekitar tahun 1994, coba-coba buat kerajinan, sampai akhirnya bisa terjual," ujar perempuan 69 tahun tersebut.
Sedikit bercerita, dirinya terinspirasi ketika bertandang ke kota pelajar, Jogjakarta. Kala itu dia menemukan banyak produk hasil kerajinan tangan. Barang-barang itu sangat unik dan indah dipandang mata. Dari sanalah dia mulai berlatih membuat kerajinan tangan secara autodidak.
Dari hari ke hari berlatih, kepiawaian kian berkembang. Ditambah pemerintah kota Balikpapan memberi wadah bagi mereka yang ingin mengasah keterampilan, membuat Sutiasih melancong hingga Tarakan dan Jogjakarta.
Menariknya, perempuan berhijab ini tak ingin menikmati sendiri ilmu yang dimiliki. Dia kerap berbagi pengetahuan kepada pelaku UMKM lain. Dia juga sering mengikutsertakan kerajinan miliknya dalam kontes bertema barang hasil daur ulang.
Selain itu, dia mengajarkan ibu-ibu sekitar rumahnya, di Jalan RE Martadinata, Gang Flamboyan, Mekar Sari, Balikpapan Tengah, agar dapat mengolah limbah plastik menjadi barang yang dapat dijual.
Dari kerja keras yang dia lakukan selama puluhan tahun, hasil yang diterima cukup sepadan. Sebelum pandemi, dirinya mampu meraup untung tinggi. Hanya, seperti biasa, pandemi Covid-19 kembali mematikan mata pencaharian pelaku usaha.
“Selama wabah virus ini memang lebih sepi. Sekarang ini, paling yang beli satu atau dua orang saja,” pungkasnya. (*/okt/kri/k16)