Kabar duka datang dari Kota Tepian. Ketua DPRD Samarinda Siswadi mangkat.
ROBAYU, Samarinda
Jam dinding di tempatnya bekerja menunjukkan pukul 08.00 Wita. Mungkin lebih sedikit, Ramli Ibrahim, seorang instruktur kebugaran, tak mengingatnya pasti. Namun, pagi itu, 10 Juli 2020, ada empat orang yang tengah berlatih kebugaran di salah satu gym center di bilangan Niaga Selatan, Pelabuhan, Samarinda Kota.
Satu di antara empat orang itu ialah Siswadi, ketua DPRD Samarinda. Sis, begitu dia disapa, rutin berlatih kebugaran di tempatnya delapan tahun terakhir. Memang tak rutin. Jika tak ada kegiatan dinas luar kota, Sis selalu menyempatkan diri berlatih di tempatnya. “Enggak rutin, biasanya tiga kali seminggu pasti ada,” ungkap Ramli kepada awak media ini kemarin.
Siswadi sempat melakukan warming dengan berjalan cepat mengelilingi ruang latihan. Dua atau tiga kali putaran, seingat Ramli. Dilanjut dengan spinning bike berdurasi 3-4 menit dan dilanjut gerakan senam ringan. Merasa lelah, Siswadi langsung berbaring telentang sampai akhirnya Ramli dipanggil untuk membantunya berdiri. “Tiba-tiba Pak Sis bilang kaki kirinya kaku, enggak bisa digerakkan,” lanjutnya.
Ramli pun langsung membantunya berdiri dan Siswadi langsung berujar. “Pasti kolestrolku naik lagi,” ucapnya menirukan perkataan Siswadi kala itu.
Siswadi pun disarankan beristirahat dan langsung menelepon ajudannya untuk menjemput. Menunggu ajudan datang, Siswadi memilih dibawa ke rumah sakit agar kadar kolestrolnya diperiksa.
Ajudan datang, Ramli langsung membopong Siswadi ke mobil dan mendampinginya ke rumah sakit terdekat. Sekira pukul 09.00 Wita, mereka sampai di RS Haji Darjad di Jalan Dahlia, Samarinda Kota, yang jaraknya tak sampai 1 km dan langsung masuk unit gawat darurat (UGD).
Di perjalanan menuju rumah sakit, mereka sempat berbincang berbagai hal. Sampai akhirnya Siswadi menanyakan kepada semua orang di dalam mobil apakah masih dapat mendengar suaranya atau tidak. Siswadi merasa sukar berbicara karena bagian kiri tubuhnya terasa kaku. “Saya lihat wajahnya, bibir bagian kirinya memang sedikit menurun,” sambungnya.
Sejam berselang di UGD, Siswadi dipindahkan ke Intensive Care Unit (ICU). Sejam kemudian, dalam perawatan intensif, kabar duka itu hadir dan melesit dari pelbagai peranti komunikasi ke seantero Kota Tepian. “Sekitar pukul 11.55 Wita, dokter bilang Pak Sis sudah meninggal,” tutupnya.
Kondisi haru mengerubungi rumah duka di Jalan Jelawat, Gg 8, Sidodamai, Samarinda Ilir. Beberapa tokoh penting hadir, dari kolega almarhum di DPRD Samarinda hingga masyarakat. Ada Awang Faroek Ishak (anggota DPR RI), Masjaya (Rektor Universitas Mulawarman), hingga Andi Harun (anggota DPRD Kaltim sekaligus bakal calon wali kota Samarinda).
Di depan jenazah, Rini Gustiana, istri Siswadi melepas tangis menatapi suaminya yang sudah terbujur kaku. Di pelataran rumah duka, Romadhony Putra Pratama, putra sulung Siswadi yang juga anggota DPRD Kaltim menyambut para pelayat, termasuk para jurnalis yang turut hadir di rumah duka. “Sama sekali enggak ada firasat. Saya dari Balikpapan menjalankan tugas dewan langsung balik tahu kabar ini,” ungkapnya.
Dhony, begitu dia disapa, memang mengetahui ayahnya rutin berolahraga dan biasanya tak pernah terjadi apa-apa. Baginya, Siswadi benar-benar ayah yang hebat. Ayah yang mampu menjadi guru sekaligus kawan. Bahkan keberanian dirinya untuk berkecimpung di kancah politik Kaltim berasal dari ayahnya yang empat periode duduk di DPRD Samarinda. “Saya minta maaf kalau Bapak punya salah,” singkatnya.
Bada Asar jadi rencana awal untuk memakamkan pria kelahiran Grobogan, Jawa Tengah, tersebut. Sembari menunggu kepulangan anak kedua Siswadi, Mega Cahya Rizki yang tengah menempuh pendidikan di Surabaya, Jawa Timur.
