Menunggu Keseriusan Program B100

- Sabtu, 11 Juli 2020 | 10:47 WIB
HARUS DIPERTAHANKAN: Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, serapan CPO dalam negeri pada periode Januari-Mei 2020 naik 3,6 persen, menjadi 7.335 ribu ton.
HARUS DIPERTAHANKAN: Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, serapan CPO dalam negeri pada periode Januari-Mei 2020 naik 3,6 persen, menjadi 7.335 ribu ton.

BALIKPAPAN–Industri kelapa sawit mulai mendapat angin segar. Permintaan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) meningkat di tengah penurunan ekspor. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) mencatat, sepanjang Januari–Mei 2020, konsumsi CPO dalam negeri naik 3,6 persen menjadi 7.335 ribu ton dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono mengatakan, konsumsi dalam negeri secara total masih positif di tengah berlakunya PSBB (pembatasan sosial berskala besar). Salah satu konsumsi yang meningkat berasal dari produk oleokimia sebesar 31,4 persen (year on year/yoy). Berikutnya, konsumsi biodiesel yang meningkat 23,2 persen didukung kebijakan pemerintah yang konsisten menerapkan program B30.

Sedangkan dari sisi permintaan global, ekspor CPO Januari–Mei mencapai 12.736 ribu ton atau turun 13,7 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Namun, nilai ekspor CPO naik dari USD 7.995 juta menjadi USD 8.437 juta. Penurunan ekspor terutama terjadi pada refined palm oil yang secara umum disebabkan selisih harga minyak sawit dengan minyak kedelai yang kecil.

Penurunan ekspor pada Mei terbesar terjadi di pasar Tiongkok sebesar 87,7 ribu ton atau turun 21 persen. Lalu, Uni Eropa sebesar 81,5 ribu ton atau turun 16,62 persen ke Pakistan sebesar 47 ribu ton atau turun 23,4 persen dan ke India sebesar 38,6 ribu ton atau turun 9,2 persen.

Mukti mengatakan, penurunan ekspor ke Tiongkok diperkirakan terjadi seiring naiknya ekspor crushing oilseed, khususnya kedelai yang cukup besar. Walhasil, pasokan minyak nabati di Negeri Tirai Bambu melonjak. Meski terjadi penurunan ekspor ke beberapa negara, namun ada pula negara lain tujuan lain yang menunjukkan kenaikan.

Misalnya, ekspor ke Mesir pada Mei sebanyak 42 ribu ton atau naik 81 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Kemudian, ekspor ke Ukraina sebanyak 31 ribu ton atau naik 99 persen secara bulanan, Filipina 29 ribu ton atau naik 73 persen, Jepang 19 ribu ton atau naik 35 persen, dan Oman 15 ribu ton atau naik 85 persen.

Kenaikan ini terjadi seiring pemulihan kegiatan ekonomi Tiongkok, India, dan banyak negara lain sehingga mendorong permintaan akan minyak nabati untuk kebutuhan domestik.

Dewan Pembina Gapki Kaltim Azmal Ridwan memperkirakan, kegiatan ekonomi Kaltim atau di Indonesia juga mulai pulih sehingga akan meningkatkan permintaan minyak sawit ke depan. "Permintaan minyak sawit untuk pangan juga akan naik mengikuti permintaan oleokimia dan biodiesel," ujar dia.

Selain itu, permintaan domestik cenderung naik. Karena pemerintah cukup konsisten dengan B30. Tahun depan B100 diharapkan bisa lebih meningkatkan serapan CPO domestik. Sementara itu, penurunan kinerja ekspor CPO Kaltim tercermin dari terkontraksinya volume ekspor CPO sebesar 9,94 persen (yoy) pada triwulan I. Setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh tinggi mencapai 54,14 persen (yoy).

Penyebab utama penurunan ekspor CPO bersumber dari terkontraksinya ekspor ke Tiongkok dan India, masing-masing sebesar 34,29 persen (yoy) dan 27,65 persen (yoy). Sebab, pada triwulan sebelumnya tumbuh masing-masing sebesar 48,50 persen (yoy) dan 281,52 persen (yoy). (aji/ndu/k8)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB

Kutai Timur Pasok Pisang Rebus ke Jepang

Sabtu, 20 April 2024 | 15:15 WIB

Pengusaha Kuliner Dilema, Harga Bapok Makin Naik

Sabtu, 20 April 2024 | 15:00 WIB
X