SAMARINDA- Seiring banyaknya kelonggaran di berbagai negara usai melakukan lockdown akibat pandemi virus corona (Covid-19), roda perekonomian terus bergerak meski belum signifikan. Kondisi ini dimanfaatkan Karantina Samarinda dengan menggencarkan ekspor, salah satunya ampas kelapa sawit atau bungkil yang diekspor ke Vietnam.
Kepala Karantina Pertanian Samarinda Agus Sugiyono mengatakan, ekspor bungkil sawit berpotensi besar seiring banyaknya volume ekspor crude palm oil (CPO) Kaltim. “Ekspor pertanian kita mulai bangkit saat new normal, tercatat sudah beberapa kali kita melakukan ekspor bungkil sawit,” jelasnya Kamis (9/7).
Setelah berhasil memenuhi pasar domestik, bungkil sawit terus melakukan ekspor ke berbagai negara. Sebab, bungkil sawit dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak. Baru-baru ini di Pelabuhan Sungai Samarinda, pejabat Karantina Pertanian yang bertugas melakukan pemeriksaan terhadap 2.200 ton bungkil sawit yang bersiap menuju Vietnam dengan menggunakan kapal Hai Phuong Asia.
Berdasarkan data pada sistem perkarantinaan, IQFAST ekspor bungkil sawit pada 2020 sebanyak 2.200 ton dengan nilai mencapai Rp 9,9 miliar. Sementara pada periode sama pada 2019 hanya sebanyak 1.244 ton dengan nilai Rp 5,6 miliar, peningkatan yang cukup signifikan hampir dua kali lipat. “Jumlah produksinya besar, kebutuhan pasar domestik tercukupi dan kini mengembangkan ke pasar ekspor baru, Vietnam,” tuturnya.
Pihaknya mengapresiasi peningkatan volume ekspor dan tujuan negara baru untuk bungkil sawit asal Kaltim. Hal itu sejalan dengan peningkatan ekspor produk pertanian Indonesia. Saat ini, secara bertahap layanan terpadu satu pintu kepabeanan dan karantina mulai diterapkan. Ke depan tidak ada lagi replikasi dan duplikasi, pemeriksaan makin cepat, tepat dan daya saing produk makin tinggi. “Sehingga ekspor bisa terus dipermudah, agar kegiatan ekspor terus berkembang,” pungkasnya. (ctr/ndu/k15)