Sekolah negeri memang gratis. Tapi orangtua tetap harus keluar biaya untuk seragam dan tetek bengeknya. Jumlahnya juga tak sedikit.
BALIKPAPAN— Bersekolah khususnya di sekolah milik pemerintah memang gratis. Tapi bukan berarti tak keluar biaya. Bahkan butuh jutaan rupiah, hanya untuk menebus seragam sekolah. Salah satu contohnya di SMA 1, salah satu sekolah favorit di Jalan Pierre Tendean. Dari pantauan media ini, pembelajaran belum dimulai, orangtua mulai banyak berdatangan ke sekolah demi membeli seragam bagi anaknya.
Sejak pukul 08.00 Wita, hingga 11.00 Wita area koperasi yang berada di samping kanan bangunan sekolah sudah tampak ramai. Meski pembelian seragam sekolah tidak hanya dapat dilakukan di koperasi sekolah. Orangtua pun tidak dipaksa agar membeli seragam secara langsung. Tetapi dengan bertahap, maupun menggunakan milik kakak mereka yang telah lulus dari sekolah yang sama.
Hal itu diungkapkan Ketua Koperasi SMA 1 Balikpapan, Wiwik Sri Wilujeng. "Bagi yang mampu beli sekaligus monggo (dipersilakan), tapi bisa juga disesuaikan kebutuhan. Atau secara bertahap. Dan yang kami sediakan hanya seragam yang jadi ciri khas SMA 1 Balikpapan," ungkapnya.
Dia mengungkap, seragam yang dijual pihak koperasi adalah pakaian orisinal atau berbeda dari yang dijual di luaran. Misalnya pakaian seragam lengkap (PSL), berwarna abu-abu dengan dasi warna merah yang dikenakan pada hari Selasa.
Berbeda dengan sekolah lainnya, PSL ini memang menjadi ciri khas siswa SMA 1 Balikpapan, bahkan siswa akan diukur oleh penjahit yang datang ke sekolah. PSL biasanya akan diberikan kepada siswa jelang tahun ajaran dimulai/atau setelah pakaian selesai dijahit.
Selain itu, seragam batik yang dimiliki juga berbeda. Pada hari Rabu, siswa menggunakan batik warna hitam hasil karya siswa angkatan 90-an, dan batik biru karya angkatan 2000-an yang dikenakan pada hari Kamis. Ada pula jaket almamater, yang dikenakan pada Senin saat upacara, maupun bila ada acara/perlombaan. Juga tersedia masker lima warna dijual Rp 100 ribu untuk 5 pcs.
"Kalau seragam putih abu-abu dikenakan hari Senin, dan Jumat menggunakan seragam pramuka. Itu bisa dibeli di luar. Kami juga menyediakan masker disesuaikan dengan seragam anak, mengingat situasi masih pandemi, jadi kami persiapkan. Itu juga tidak kami paksa harus beli," tuturnya.
Serupa diungkapkan Kepala SMA 1 Balikpapan Eddy Effendi, bahwa seragam bisa dibeli sesuai kemampuan orangtua. Sehingga tidak ada paksaan. Penjualan seragam sendiri tidak dilakukan pihak guru, melainkan koperasi. Keputusan agar membebaskan anak membeli seragam putih abu-abu serta pramuka juga diterapkan di sekolah negeri lainnya.
"Tidak boleh memaksa, dan memang tidak ada paksaan. Anak bisa memakai seragam yang mereka miliki sebelumnya, atau membeli sesuai kemampuan," tandasnya. Bagaimana dengan tingkat SMP. Media ini sempat mendatangi SMP 1, yang lokasinya hanya selemparan batu dengan SMA 1. Namun, koperasi di sekolah ini baru akan buka pada Senin (13/6). (lil/ms/k15)
Contoh Harga Seragam di SMA 1