Haid Terganggu? Bisa Jadi Gejala PCOS atau Stres Akibat Corona

- Kamis, 9 Juli 2020 | 12:24 WIB

Oleh: Dr dr R Muharam SpOG (K) MPH

 

PANDEMI corona (Covid-19) yang terjadi di dunia saat ini membuat banyak perubahan dari rutinitas keseharian kita. Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pun dilakukan oleh pemerintah dalam mencegah penyebaran virus hingga sekarang kita mulai memasuki fase “new normal”. Teror yang berlangsung cukup lama itu tentunya memengaruhi mental dan kesehatan, termasuk kesehatan perempuan.

Beberapa perempuan mengeluhkan gangguan menstruasi atau haid yang dialami. Ada yang mengeluhkan siklus haid yang memanjang ataupun nyeri haid yang menjadi lebih berat. Kekhawatiran akan terinfeksi dan ruang gerak yang terbatas dalam waktu lama tentu akan memicu stres. Stres yang dialami baik disadari ataupun tidak, akan memengaruhi kondisi tubuh. 

Stres mengakibatkan peningkatan hormon kortisol yang mengakibatkan ditekannya hormon reproduksi. Terganggunya keseimbangan hormon menjadi penyebab gangguan haid seperti oligomenorea (siklus haid memanjang), amenorea (tidak mendapat haid selama 3 bulan), perdarahan haid yang berlebihan ataupun nyeri yang lebih berat.

Keluhan-keluhan haid tersebut mirip dengan kumpulan sindrom dari polycystic ovary syndrome (PCOS). PCOS atau disebut juga sindroma ovarium polikistik merupakan salah satu permasalahan hormonal yang sering dialami pada perempuan usia reproduktif. Angka kejadian PCOS secara global dilaporkan berkisar 5-15 persen.

PCOS digambarkan dengan banyaknya kista pada ovarium atau indung telur. Hal ini diakibatkan oleh ketidakseimbangan hormon di mana hormon androgen lebih dominan daripada estrogen. Ketidakseimbangan hormon tersebut akan mengganggu  gangguan siklus haid dan pengeluaran sel telur sehingga pasien dengan PCOS sering mengalami masalah kesuburan (infertilitas).

Bagaimana mengetahui gangguan haid yang Anda alami saat ini akibat stress atau sebuah gejala dari PCOS? Terganggunya siklus haid merupakan pertanda namun, pada PCOS gejala yang muncul tidak hanya itu saja. Menurut kriteria Rotterdam, pada perempuan PCOS akan dijumpai setidaknya dua dari tiga kriteria, yaitu gangguan haid, tanda-tanda hiperandrogen dan banyaknya sel telur kecil yang berbentuk kistik di indung telur yang diketahui dari pemeriksaan USG.

Siklus haid memanjang (oligomenorrhea) atau tidak mendapat menstruasi selama tiga bulan (amenorrhea) adalah gangguan menstruasi yang sering ditemukan. Kadar hormon androgen yang berlebihan bisa dilihat dari rambut wajah dan tubuh yang berlebihan (hirsutisme) serta keluhan jerawat yang banyak. Perempuan dengan PCOS juga dapat mengalami kecemasan hingga depresi. Tentunya keluhan yang dialami akan semakin berat bila mengalami stres.

Seseorang dengan comorbid (berusia tua, diabetes melitus dan memiliki gangguan pernapasan serta jantung) dikatakan lebih berisiko terinfeksi corona. Bagaimana pada perempuan dengan PCOS? Kebanyakan PCOS mengalami resistensi insulin yang mengakibatkan peningkatan dari kadar androgen dikarenakan hormon insulin yang meningkat.

Kejadian obesitas pun erat kaitannya dengan kondisi ini. Seorang peneliti Wambier, mengungkapkan argumen dengan data dan teori yang menunjukkan sensivitas androgen erat kaitannya dengan penyakit Covid-19. Reseptor androgen dicurigai membantu virus dalam bereplikasi. Kadar androgen yang tinggi diduga meningkatkan faktor risiko terinfeksi Covid-19 pada jenis kelamin laki-laki, penderita diabetes melitus dan juga PCOS. Namun, belum ada penelitian yang menilai secara langsung angka kejadian Covid-19 pada perempuan PCOS.

Apa yang dapat dilakukan saat pandemi untuk mencegah gangguan haid ataupun penanganan PCOS saat pandemi ini? Secara umum, perubahan pola hidup sehat menjadi kunci utama. Mengurangi asupan kalori yang terlalu tinggi dan memperbanyak asupan serat baik sayuran maupun buah merupakan perubahan pola makan yang dianjurkan pada pasien dengan PCOS.

Pandemi corona membuat kita hanya diam di rumah dan kebanyakan tidak melakukan aktivitas seperti sebelumnya, hal ini menimbulkan perubahan gaya hidup menjadi sedentary lifestyle. Jangan lupa untuk selalu berolahraga secara rutin minimal tiga kali seminggu, pilihlah olahraga yang dapat dilakukan di rumah.

Pada pasien PCOS, penanganan awal dilakukan dengan perubahan pola hidup sehat dan menurunkan berat badan. Perubahan ini akan mengurangi keluhan yang dialami termasuk gangguan haid. Manajemen stres yang baik dapat menjaga kesehatan tubuh dan pikiran. Beberapa hal dapat dilakukan dengan tetap berpikir positif, menghabiskan waktu di rumah dengan hobi ataupun melakukan aktivitas yang baru, serta pendekatan agama.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X