PROKAL.CO,
Oleh: Akbar Ciptanto, SHut, MP Sc
Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Provinsi Kaltim
BUKAN hal yang aneh ketika masyarakat Kaltim sedang menunggu azan Isya, malah mendapatkan tayangan azan Magrib di televisi. Tak hanya itu, setiap tahunnya kita dicekoki liputan mudik di Jawa, padahal ini tidak relevan bagi warga Bumi Etam, meski ada beberapa warga mudik setiap tahunnya.
Itulah kenyataannya, ruang udara di Kaltim diisi segala informasi yang sifatnya Jakarta sentris dan elitis. Bagi media yang berbasis di Jakarta, masyarakat Kaltim hanyalah konsumen. Nilai iklan mereka akan meningkat tajam ketika rating program siaran mereka tertinggi. Padahal, survei sistem rating hanya melibatkan 10 kota besar di Indonesia, dengan 57 persen sampel dari Jakarta. Akibatnya, program siaran hanya mengakomodasi penonton dari 10 kota tersebut.
Masyarakat Kaltim tidak menjadi audiens aktif bagi dunia penyiaran. Kita hanya menerima bombardir konten siaran yang bisa saja kurang tepat dengan adat istiadat masyarakat lokal. Masyarakat tidak diberi peran untuk menentukan program siaran yang disesuaikan dengan karakteristik wilayah.