JAKARTA– Kondisi pandemi di setiap daerah saat ini sangat variatif. Termasuk di 270 daerah pelaksana Pilkada 2020. Ada yang berkategori zona merah, oren, kuning dan hijau. Perbedaan tersebut dinilai membutuhkan upaya mitigasi yang berbeda-beda.
Pelaksana Tugas (plt) Dirjen Administrasi Wilayah (Adwil) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Safrizal mengatakan, secara umum standar dasar protokol kesehatan sama. Yakni memakai masker, cuci tangan dan menjaga jarak aman. Namun untuk teknis tahapan, perbedaan zonasi bisa membuat perlakuannya berbeda.
“Misal kegiatan kalau hijau diberikan berkumpul fisik 200 orang, di zona merah tentu lebih sedikit dari pada itu,” ujarnya dalam diskusi virtual yang digelar Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), (6/7).
Pria yang juga menjadi anggota tim gugus tugas nasional itu menyebut, jajarannya di level daerah akan memberikan masukan kepada penyelenggara. Sebagaimana hasil koordinasi KPU dengan BNPB, gugus tugas daerah dilibatkan dalam pemenuhan standar protokol, termasuk saat melakukan pengadaan alat pelindung diri.
“Jadi yang membedakan protokolnya. KPU mengeluarkan PKPU dan dibantu gugus tugas, baik nasional maupun daerah untuk mengontrol penerapan protokol,” imbuhnya.
Di luar itu, pihaknya mendorong pemanfaatan teknologi dilakukan secara maksimal. Dia meyakini, teknologi bisa mengurangi intensitas kegiatan tatap muka secara signifikan. Sebagai contoh, kampanye bisa dilakukan secara virtual dan disaksikan puluhan ribu orang. Selain aman, dari segi biaya relatif lebih murah. “Dulu butuh miliar, sekarang bisa puluhan juta saja,” tuturnya.
Dari data kemendagri yang mengacu pemetaan gugus tugas, 270 daerah Pilkada berada dalam kondisi beragam. Namun mayoritas berada di level zona kuning dan oren.
Sementara itu, Ketua KPU RI Arief Budiman mengatakan, Pilkada 2020 memiliki posisi yang penting. Bukan hanya untuk kebutuhan suksesi kepemimpinan saat ini, namun juga akan jadi pengalaman besar bagi bangsa Indonesia untuk menghadapi hal serupa.
“Saya takin bencana itu akan ada (lagi) dengan berbagai macam modelnya,” ujarnya. Oleh karenanya, dia menilai hajat besar tahun ini akan menjadi pertaruhan. Jika dapat terlaksana dengan baik, maka bisa menjadi role model ke depannya. “Kalau buruk, maka kalau terjadi lahi kita akan meraba-raba lagi,” imbuhnya. (far)