Mamin Maksimalkan Momen New Normal

- Selasa, 7 Juli 2020 | 11:52 WIB
Suasana salah satu ritel.
Suasana salah satu ritel.

JAKARTA - Target pertumbuhan berbagai industri tak lagi sama setelah datangnya pandemi Korona. Tak terkecuali bagi industri makanan dan minuman, yang tahun ini terpaksa mengkoreksi target pertumbuhan double digit yang sudah dicanangkan sejak awal tahun 2020. Masa transisi new normal menjadi harapan baru bagi pelaku industri mamin. Mereka optimistis pertumbuhan 4-5 persen dapat dicapai tahun ini.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Mamin) Adhi Lukman mengatakan bahwa angka 4-5 persen tersebut merupakan target yang sudah direvisi dari target sebelumnya. Optimisme pelaku usaha didorong oleh kembali bergeraknya aktivitas ekonomi setelah pelonggaran protokol Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa daerah. ”Dengan pelonggaran tersebut konsumsi mamin mulai bergerak naik,” ujar Adhi, Sabtu lalu (4/6).

Adhi memproyeksikan anggotanya dapat meningkatkan utilitas produksi menjadi sekitar 70 persen pada semester II ini. Sebab, utilitas mamin selama enam bulan pertama di 2020 cenderung lebih rendah dari angka 60 persen.

Wakil Ketua Umum Bidang Kebijakan Publik Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Rachmat Hidayat menambahkan bahwa permintaan makanan dan minuman sehat diyakini akan terus meningkat selama pandemi ini. Salah satunya produk susu dan turunannya (dairy product).

Menurutnya, karakter konsumen Indonesia sekarang kian sadar untuk mencari produk bernutrisi tinggi. Seperti susu cair atau bubuk. “Kami mengutip dari riset lembaga Nielsen, beberapa kategori mamin susu memperlihatkan peluang pasar yang baik di tahun 2020,” terangnya.

Di tanah air sendiri, lanjutnya, konsumsi produk susu cenderung bertumbuh. Hanya saja Rachmat belum bisa membeberkan lebih lanjut detailnya. “Kemudian untuk jenis produk minuman susu, pangsa pasarnya memang masih kecil dibandingkan total pasar minuman kemasan. Tapi trennya bagus,” tegasnya.

Di lain pihak, Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo) Jatim berharap di era new normal ini ada tren kenaikan omset penjualan bisnis kuliner. Setidaknya bisa mencapai 15 persen.

Ketua Apkrindo Jatim Tjahjono Haryono mengatakan, setelah dihentikannya kebijakan PSBB di Surabaya Raya, industri kuliner pelan-pelan mulai bangkit. ”Kami ingin ada kenaikan 10-15 persen selama new normal. Tidak masalah kalau peningkatannya sedikit, yang penting gerak dulu,” katanya.

Menurut Tjahjono, potensi bisnis makanan dan minuman di tengah Covid-19 masih cukup besar. Karena setiap orang masih butuh makan. “Kuliner nggak pernah mati,” tuturnya. Hanya saja dia menegaskan, semua pelaku usaha mamin harus semakin rajin berinovasi agar bisa tetap survive. Mengingat persaingan kini sudah semakin ketat. “Pengusaha harus jeli memanfaatkan peluang market. Tidak apa-apa produk sama, yang penting punya nilai tambah yang bisa dijual ke konsumen,” kata Tjahjono.

Di tengah kondisi yang tidak pasti seperti sekarang, lanjutnya, pengusaha kuliner masih wait and see untuk melakukan ekspansi bisnis. Yang terpenting bagi mereka sekarang adalah membuat konsumen merasa aman dan nyaman ketika belanja produk mamin ataupun makan di resto. ”Makanya kami sangat menjunjung tinggi penerapan protokol kesehatan yang sangat ketat,” imbuh Tjahjono.

PT Sekar Laut Tbk (SKLT) selaku produsen makanan dengan brand Finna juga tidak ingin gegabah dalam mengambil kebijakan-kebijakan bisnis sepanjang tahun ini akibat adanya Covid-19. Direktur Sekar Laut John C. Gozal menyatakan, pada 2020, pihaknya memilih untuk menahan ekspansi bisnis terlebih dahulu. SKLT akan lebih memprioritaskan upaya-upaya mempertahankan penjualan produk, baik di pasar lokal maupun ekspor. “Untuk rencana-rencana investasi dan ekspansi, sementara berhenti. Kami realistis dengan kondisi yang ada sekarang,” imbuhnya.

Meskipun begitu, SKLT tetap optimis mampu mencetak pertumbuhan hingga akhir tahun nanti. Pihaknya menargetkan ada kenaikan penjualan 10 persen dibanding 2019. Ada beberapa alasan yang membuat perseroan tetap percaya diri menghadapi masa sulit ini. Salah satunya yaitu karena produk yang dihasilkan perusahaan merupakan industri makanan olahan berupa kerupuk udang dan saos sambal yang masih bisa diterima berbagai kalangan masyarakat. "Bahkan di pasar-pasar lokal peminat produk kami masih banyak. Terlebih lagi saat ini semua orang stay at home jadi lebih banyak masak di rumah, goreng kerupuk sendiri di rumah,” pungkasnya. (agf/car)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X