SAMARINDA–Dekorasi nuansa bunga putih dan merah muda menghiasi ruangan. Puluhan kursi bersarung merah disusun berjarak. Setiap orang mengenakan masker. Wajib menggunakan hand sanitizer sebelum masuk.
Itulah gambaran dari simulasi wedding new normal di HARRIS Hotel Samarinda, kemarin (5/7). Digelar oleh komunitas Vendor Wedding Samarinda. Seluruh tahap pernikahan digambarkan bagaimana tata caranya agar tetap aman dan nyaman.
Sebagai contoh, proses akad hanya diikuti enam orang. Terdiri dari kepala kantor urusan agama (KUA), penghulu, calon mempelai pria, wali nikah, dan saksi masing-masing satu dari kedua calon. Dibeberkan juga tata cara sungkem atau mohon doa kepada orangtua.
Termasuk pihak catering yang tergabung sepakat menerapkan standar kesehatan. Baik dalam proses pengolahan, penyajian hingga tata cara pengambilan makanan oleh tamu.
Prosedur memberi selamat, foto bersama hingga mengambil hidangan diatur. “Memang ada kebiasaan yang harus diubah demi kebaikan bersama. Umumnya prasmanan makan ambil sendiri, sekarang dilayani dan diambilkan pramusaji,” jelas Rusdi Dovianto, perwakilan komunitas wedding organizer (WO).
Penggunaan masker dan hand sanitizer serta jarak aman ditekankan. Seluruh tahap pernikahan disesuaikan dengan kesepakatan keluarga, dengan tetap mengindahkan aturan kesehatan.
“Ada 200 lebih vendor. Kami semua kompak,” lanjutnya. Mulai dekorasi, catering, band atau musik, master of ceremony (MC), jasa dokumentasi, make-up, dan lain-lain. Ada nilai edukasi dan jaminan protokol kesehatan kepada masyarakat yang ingin mengadakan dan menghadiri resepsi pernikahan.
“Berangkat dari kegelisahan teman-teman WO. Maka ketika fase relaksasi tahap tiga keluar, maklumat Kapolri dicabut, kami sepakat untuk berdiskusi mengenai ini. Dan jadilah simulasi,” ujarnya.
Persiapan dua minggu. Kemudian mendiskusikan teknis. Selanjutnya hasil tersebut dibawa ke pemerintah terkait. Meski simulasi, pihaknya ingin menghadirkan suasana yang tetap khidmat.
Hadir sebagai tamu, Asisten 1 Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda Tejo Sutarnoto. Dia melihat jika prosedur yang diterapkan saat simulasi sudah sesuai dengan imbauan pemerintah. Khususnya penerapan jaga jarak. Dia menekankan agar jangan sampai terjadi transmisi lokal. Adanya WO disebutkan dapat mencegah hal itu. Dengan aturan maksimal 50 persen kapasitas ruangan untuk undangan, Tejo menganggap itu sudah cukup. (rdm/dra/k8)