BALIKPAPAN - Pandemi Covid-19 memaksa banyak perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Salah satu dampaknya, para korban PHK tergiur untuk menjadi kurir narkoba. Ini diketahui dari pengungkapan yang dilakukan jajaran Ditresnarkoba Polda Kaltim selama tiga pekan.
“Faktor ekonomi jadi pemicu. Namun, ini tidak bisa dijadikan alasan hingga melakukan kejahatan. Di antaranya penyalahgunaan narkoba,” terang Direktur Reserse Narkoba (Diresnarkoba) Polda Kaltim Kombes Budi Sentosa, (5/7).
Menurut dia, pelaku ada yang memang tergiur menjadi kurir karena ekonomi. Ada juga yang ingin mengonsumsi tapi tidak punya duit karena pekerjaan sepi. “Ada yang karyawan kontrak, dirumahkan, kemudian dia ganti haluan jualan narkoba. Jadi kurir,” kata mantan direktur Reskrimsus Polda Papua Barat ini.
Terpisah, Kabid Humas Polda Kaltim Kombes Pol Ade Yaya Suryana mengatakan, pengendalian diri bisa mencegah perbuatan kejahatan. Ketika dia salah memilih langkah, akhirnya terjerumus. Meski pengungkapan kasus terus dilakukan, penyalahgunaan narkoba di Kota Minyak seperti fenomena gunung es.
Kurir misalnya, meski dia tahu barang yang hendak diambil ataupun diantarkan itu berisi narkoba, mereka nekat menyanggupi karena ingin mendapatkan duit. Banyak pula kurir yang juga pemakai.
“Cepat membuat orang tergiur, karena butuh duit, bisa meraih untung, juga mengakibatkan ketagihan,” urainya.
Ketika tidak mempunyai uang untuk mendapatkan barang haram tersebut, pemakai nekat melakukan apa saja. Termasuk melakukan tindak pidana pencurian serta hal lain. Dilihat dari profesi pelaku, pemakai beraneka ragam. Mulai putus sekolah, pegawai swasta, sampai status pelajar.
“Modus pengedar, yakni menawarkan gratis, kemudian setelah ketagihan, kemudian membeli,” ungkapnya. (aim/rdh/k16)
