SAMARINDA–Meski belum ada kepastian waktu pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar (KBM), namun skema pembelajaran tatap muka di satuan pendidikan telah dipersiapkan Dinas Pendidikan (Disdik) Samarinda. Pembatasan jumlah murid hingga jam pembelajaran jadi solusi dalam menerapkan anjuran physical distancing.
Dalam satu kelas hanya akan diisi 18 murid. Untuk menyiasati ruang kelas harus ikut bertambah dua kali lipat, pembelajaran via daring jadi solusi pendamping skema tersebut.
Dalam skema pembelajaran tatap muka, durasi belajar selama 90 menit akan dipangkas menjadi 45 menit.
Kepala Disdik Samarinda Asli Nuryadin menjelaskan, jumlah mata pelajaran yang diberikan akan tetap sama. “Jadi sebenarnya itu sama tidak ada berubah, guru juga akan mengajar 90 menit, cuma dibagi dalam dua kelas yang sebelumnya satu kelas,” jelas Asli.
"Sebab, logikanya kan kelasnya dibagi dua dan gurunya harus ajar dua kelas jadi dipangkas jam biasanya," sambung dia.
Asli mencontohkan, jika mata pelajaran yang diberikan sekolah menengah pertama (SMP) setiap harinya ada enam, maka dalam skema pembelajaran tatap muka, akan berlaku sama. Hal itu lantaran mata pelajaran telah diatur dan ditentukan dalam kurikulum pendidikan.
"Pelajaran yang ada di kurikulum itu nggak mungkin dihilangkan. Tapi untuk jumlah pelajaran per hari tergantung sekolah lagi yang atur," imbuhnya.
Disinggung ada tidaknya penambahan tenaga pengajar di Kota Tepian, Asli mengatakan, hal tersebut tidak akan dilakukan. Menurut dia, tenaga pengajar pendidikan di Samarinda telah cukup. Pada setiap tahunnya pun, lanjut Asli, penambahan tenaga pendidik telah diusulkan.
“Sudah cukup, hanya tinggal memikirkan kesejahteraan guru honorer saja,” tutupnya. (*/dad/kri/k8)