Lebih Dekat dengan Pasien Rehabilitasi (1)

- Senin, 6 Juli 2020 | 12:31 WIB
TAHAP PENYEMBUHAN: Kaltim Post mewawancarai eks pecandu narkoba yang tengah menjalani rehabilitasi di Balai BNN Samarinda.
TAHAP PENYEMBUHAN: Kaltim Post mewawancarai eks pecandu narkoba yang tengah menjalani rehabilitasi di Balai BNN Samarinda.

Terkadang tak bisa mengontrol emosi hingga jauh dari keluarga. Itulah keluhan yang disampaikan Lili, bukan nama sebenarnya, eks pecandu narkotika yang kini menjalani rehabilitasi.

 

SUDAH sebulan Lili berada di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) Samarinda. Mata Lili memerhatikan suasana sekitar, terutama lensa kamera sebelum berbincang dengan Kaltim Post. Suaranya pelan di awal pembicaraan.

“Saya jalani rehab program tiga bulan,” ucapnya pelan. Perempuan berjilbab itu menerangkan awal memakai zat adiktif mulai 1999. Ketika duduk di kelas 2 sekolah menengah atas (SMA).

Dipicu rasa penasaran dan adanya permasalahan dalam keluarga membuatnya terjerumus lingkaran narkotika. Terlebih, teman sepergaulannya pecandu barang haram. “Masalah broken home, jadi stres saya, terus diajak teman kelas yang kebetulan masalahnya sama,” kenang Lili.

“Awalnya disuruh coba (sabu), karena saya ada masalah dan cari pelarian, jadi saya coba,” sambungnya. Tak puas lantaran hanya bisa melupakan masalah sesaat, Lili kembali mencari barang haram.

Bahkan, tindakannya itu membuat dirinya jauh dari keluarga. Kerap tak pulang demi bisa menggunakan narkotika. “Yah karena lupanya sesaat itu jadinya malah mencari terus. Tapi memang lupanya sesaat saja,” bebernya.

Rasa candu untuk mencari pelarian sebenarnya sempat ditekan semenjak perempuan tiga anak itu dipinang seorang pria pada 2003. Setidaknya 11 tahun dirinya terlepas dari lingkaran narkotika.

Sayang, mahligai pernikahannya kandas pada 2014. Rasa kecewa dan sakit hati kembali menyelimuti. Ditambah dia harus menghidupi tiga anaknya. Beban yang berat membuat dirinya kembali ke jurang narkotika.

"Ibaratnya, saya sebelumnya sudah luka karena masalah perceraian orangtua, kini saya juga alami serupa,” keluhnya.

“Saya cari lagi kontak teman saya lewat media sosial dan ketemu. Kebetulan dia nikah sama bandar juga,” lanjutnya.

Kembalinya Lili ke lembah hitam turut memengaruhi kehidupan dalam rumah tangga. Tak jarang, emosinya meluap tak terkendali tatkala belum menggunakan narkotika. Anaknya yang masih kecil pun berkali-kali mendengar perkataan kasar dari mulutnya.

Bahkan, barang yang ada di sekitarnya bisa dilemparkan ke segala arah, jika emosi tak terkendali. "Anak diam saja, nggak ada berani, biasanya lapor ke neneknya saja,” ucap perempuan yang bekerja sebagai sales promotion girl (SPG) itu.

Rasa sesal sebenarnya muncul saat dirinya tersadar dari pengaruh narkotika. Namun, pergaulan yang masih berkutat dengan dunia hitam membuat susah untuk lepas. Terlebih kekasihnya merupakan seorang kurir sabu dari seorang bandar.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X