BALIKPAPAN–Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kaltim mulai menyusun mekanisme kerja sama dengan daerah produsen guna mengendalikan inflasi dari kelompok bahan makanan hingga akhir tahun ini. Cukup beralasan, bahan makanan memang menjadi salah satu penyumbang inflasi tertinggi di Bumi Etam saat ini.
Kepala Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Kaltim Tutuk SH Cahyono mengatakan, pemenuhan konsumsi bahan makanan yang berasal dari luar daerah menjadikan Bumi Etam lebih rentan mengalami inflasi dibandingkan daerah produsen.
“Untuk itu, TPID mulai menyusun mekanisme kerja sama antara kabupaten/kota yang berada di wilayah Kalimantan Timur dengan daerah produsen seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, ataupun Sulawesi Selatan,” tuturnya, Jumat (3/7).
Inflasi Kaltim pada Juni 2020 tercatat mencapai 0,22 persen (month to month/mtm). Adapun, inflasi secara tahunan mencapai 1,52 persen (year on year/yoy) lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional yang mencapai 1,96 persen (yoy).
“Inflasi periode ini disebabkan mulai meningkatnya harga komoditas bahan makanan yang sempat merosot harganya pada awal pandemi serta relaksasi pembatasan kegiatan masyarakat,” katanya.
Tutuk menjelaskan, berdasarkan pengeluarannya, inflasi bersumber dari kelompok makanan, minuman, serta tembakau dan transportasi. Masing-masing kelompok ini mengalami kenaikan sebesar 1,28 persen dan 0,35 persen
“Meskipun aktivitas ekonomi masyarakat belum sepenuhnya berjalan seperti masa sebelum Covid-19, tetapi mulai dibukanya kembali restoran dan pusat perbelanjaan secara terbatas turut meningkatkan permintaan sehingga memengaruhi inflasi,” jelasnya.
Berdasarkan komoditasnya, daging ayam ras, bawang merah, dan angkutan udara menjadi tiga komoditas yang memberikan andil terbesar kepada inflasi periode ini. Kenaikan harga daging ayam ras disebabkan mulai meningkatnya permintaan di tengah pasokan dari peternak yang menurun.
Harga daging ayam ras yang sangat rendah pada kisaran April 2020 mendorong peternak untuk menunda proses pengeraman telur sehingga berdampak pada penurunan pasokan ayam ras. Sementara itu, harga bawang merah yang juga mengalami peningkatan yang disebabkan belum masuknya komoditas ini setelah hari raya Idulfitri. Pada awal Juni, harga bawang merah mencapai Rp 67.500 per kilogram namun kemudian berangsur turun hingga Rp 48.900 per kilogram. (aji/ndu/k8)