Hati-hati Fintech dan Investasi Bodong

- Minggu, 5 Juli 2020 | 10:37 WIB

JAKARTA - Satgas Waspada Investasi memblokir 105 fintech dan 99 entitas penawaran investasi bodong selama Juni. Para pelaku memanfaatkan ketidakpahaman masyarakat dengan iming-iming penawaran maupun imbal hasil yang tidak wajar.

Ketua Satgas Waspada Investasi Togam L Tobing menuturkan, pelaku fintech ilegal mengincar masyarakat yang kesulitan ekonomi, namun butuh uang untuk konsumsi kehidupan sehari-hari. Mereka menawarkan pinjaman dengan persyaratan mudah melalui pesan singkat maupun aplikasi.

Padahal, mengenakan bunga tinggi dengan jangka waktu pendek. Selain itu, selalu meminta akses data kontak di handphone. Mereka sengaja memanfaatkan kondisi melemahnya ekonomi masyarakat.

“Ini yang berbahaya. Karena data peminjam bisa disebar dan mengintimidasi saat penagihan,” terang Togam dalam konferensi pers virtual.

Sementara itu, Satgas juga memblokir entitas penawaran investasi tanpa izin Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Para pelaku menipu masyarakat dengan penawaran imbal hasil tinggi. Tongam mengungkapkan investasi bodong itu kerap menduplikasi website entitas yang memiliki izin. “Sehingga seolah-olah website tersebut resmi milik entitas yang memiliki izin,” jelasnya.

Tercatat, 99 entitas tersebut terdiri dari 87 perdagangan berjangka atau forex ilegal, 2 penjualan langsung (direct selling) ilegal, 3 investasi cryptocurrency ilegal, 3 investasi uang, dan 4 lainnya. Contoh modus penawaran investasi bodong yakni, PT Future View Tech yang menawarkan keuntungan Rp 200 ribu hingga 70 juta hanya dengan mengklik iklan.

Begitu pula Btcindochanger.net. Perusahaan crypto asset tanpa izin dengan imbal hasil 20-50 persen per hari. Lalu, Nanonetwork dengan skema multi level marketing. Sisanya adalah perusahaan perdagangan berjangka komoditi atau forex tanpa izin. Sejak 2018 hingga saat ini, Satgas Waspada Investasi telah menindak 2.591 entitas.

Sementara itu, Guru Besar Ekonomi Universitas Indonesia Rhenald Kasali menuturkan, meski situasi ekonomi nasional terpuruk akibat Covid-19, masyarakat tetap membutuhkan dana untuk kebutuhan sehari-hari. Rhenald menghimpun data dari berbagai sumber bahwa sejumlah produk mengalami kenaikan pemakaian selama pandemi.

Seperti akses aplikasi marketplace Shopee dan Lazada, hingga fintech Kredivo. ”Artinya, masyarakat masih ada konsumsi, berani berhutang menggunakan kredit online,” terangnya. (han)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB

Kutai Timur Pasok Pisang Rebus ke Jepang

Sabtu, 20 April 2024 | 15:15 WIB

Pengusaha Kuliner Dilema, Harga Bapok Makin Naik

Sabtu, 20 April 2024 | 15:00 WIB

Transaksi SPKLU Naik Lima Kali Lipat

Jumat, 19 April 2024 | 10:45 WIB

Pusat Data Tingkatkan Permintaan Kawasan Industri

Jumat, 19 April 2024 | 09:55 WIB

Suzuki Indonesia Recall 448 Unit Jimny 3-Door

Jumat, 19 April 2024 | 08:49 WIB

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB
X