SANGATTA–Untuk melakukan pengawasan, masalah anggaran menjadi kendala. Terlebih Pemkab Kutim sedang memfokuskan seluruh anggaran pada penanganan Covid-19, sehingga gerak DLH ikut terbatas. Bahkan, sepanjang 2020, DLH baru melakukan sampling pada dua titik sungai, di Kecamatan Wahau dan Kecamatan Telen.
"Kami ingin menguji sungai lain tapi anggaran terbatas. Semua anggaran fokus penanganan Covid-19," ujar Kepala DLH Kutim Aji Wijaya Rahman (2/6). Bahkan, hasil uji sampling sungai tersebut belum diambil karena belum bisa dibayar. Anggaran yang diperlukan untuk satu pengujian Rp 4 juta. "Kami uji di laboratorium Global di Samarinda. Laboratorium yang terakreditasi," jelasnya.
Staf Bidang Pencemaran DLH Kutim Taufik menambahkan, berbicara pencemaran maka kaitannya kepada pelaku usaha. Aktivitas pertambangan yang paling banyak. Sektor tersebut harus memiliki unit pengelolaan air limbah. "Itu semua harus berizin. Artinya limbah yang dibuang harus memenuhi baku mutu air. Itulah standar mengantisipasi pencemaran sungai," jelasnya.
Namun, berdasarkan pengamatan di lapangan, limbah yang mencemari sungai kebanyakan berasal dari limbah domestik. Parameternya bakteri yang banyak mengendap di sungai. "Terutama di sungai Sangatta. Rata-rata warga yang bermukim di tepi sungai masih membuang sampah ke sungai," sebutnya. "Termasuk di sungai pedalaman, di antaranya Sungai Wahau. Masih terlihat sampah domestik," tambahnya.
Menurutnya, sungai cukup dinamis. Apalagi ketika musim hujan, kondisi sungai akan sedikit membaik, terlebih ketika curah hujan tinggi. "Kalau kemarau kondisinya tidak baik. Bergantung saat pengecekan," jelasnya.
Masyarakat diimbau agar tidak membuang limbah padat ke sungai. Penanganan sungai yang sudah tercemar sangat kompleks. Sebab, harus dimulai dari hulu sampai hilir. Memerlukan anggaran hingga miliaran jika ingin mengembalikan kualitas air.
Dia mencontohkan sungai di Jakarta yang kondisinya sudah parah. Terlebih warnanya kehitaman. Namun, jika ingin kualitas air membaik, harus dilakukan erasi. "Jadi ada semacam erator yang terus digerakkan di sungai. Itu salah satu jenis teknologi yang bisa dilakukan. Tujuannya meningkatkan kadar oksigen. Kalau oksigen bagus, limbah akan lebih mudah diuraikan. Sungai akan lebih bersih dan lebih baik. Itu yang pernah saya lihat. Biayanya sangat mahal," pungkasnya. (dq/dra/k16)