TPA Bukit Pinang Sudah Tak Representatif, TPA Sambutan Belum Bisa Digunakan

- Jumat, 3 Juli 2020 | 10:46 WIB
TAK KUAT MENAMPUNG: Kelebihan kapasitas di TPA Bukit Pinang menjadi yang dikeluhkan warga sekitar. Sementara TPA Sambutan yang digadang-gadang bisa mengurangi beban, hingga kini belum selesai permasalahannya.
TAK KUAT MENAMPUNG: Kelebihan kapasitas di TPA Bukit Pinang menjadi yang dikeluhkan warga sekitar. Sementara TPA Sambutan yang digadang-gadang bisa mengurangi beban, hingga kini belum selesai permasalahannya.

SAMARINDA–Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bukit Pinang di Jalan P Suryanata, Kecamatan Samarinda Ulu, diakui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Samarinda sudah tak representatif. Seharusnya, TPA itu tak dioperasikan sejak 2013.

Kapasitas yang sudah melebihi batas menjadi penyebabnya. Namun, selama tujuh tahun terakhir, TPA yang dibangun sejak tahun 90-an itu terus dipaksa untuk menampung jutaan sampah berton-ton. Walhasil, residu se-Kota Tepian menggunung. Bahkan, asap tak sedap turut menjadi dampak lainnya. TPA Sambutan yang seharusnya menjadi opsi pengalihan dan mulai dioperasikan 2014, nyatanya belum bisa berfungsi maksimal.

Kepala DLH Samarinda Nurrahmani menuturkan, perencanaan pengalihan TPA yang sempat terhambat seharusnya bisa berjalan pada 2020. Namun, adanya kembali permasalahan dalam pengerasan akses menuju TPA Sambutan, disebut-sebut jadi penyebabnya. "Sebenarnya memang harus pindah tahun ini, tapi karena ada pengerasan lahan dan lainnya jadi belum bisa," ujar perempuan yang akrab disapa Yama itu.

Terlebih kondisi pandemi Covid-19, sehingga semua tertunda. “Saya tidak enak menanyakan, biar leading sector saja yang menanyakan," tambahnya. Dia berharap, setidaknya TPA Sambutan bisa dipergunakan dalam tahun ini. Setidaknya bisa dipergunakan menjelang musim panas. Alasan tersebut tak lepas dari permasalahan asap yang kerap terjadi di TPA Bukit Pinang. "Paling enggak ketika musim panas bisa kami beralih ke TPA Sambutan, agar bisa menanggulangi dampak di TPA Bukit Pinang," keluhnya.

Walau kepastian perpindahan TPA belum diketahui, Yama memiliki perencanaan lain. DLH kembali mengajukan lokasi TPA lainnya di Jalan Gunung Cermin, Kecamatan Samarinda Utara.

"Rencananya beli lagi lahan di Jalan Gunung Cermin untuk TPA, kan harus berpikir ke depan," jelasnya.

Disinggung perihal alat pengukur udara di simpang Mal Lembuswana yang menerangkan indikator kualitas udara, Yama menyebut, alat itu tidak bisa kembali digunakan dan telah lama rusak. Selain itu, layar kaca besar tersebut belum bisa menghitung polusi udara yang ditimbulkan karena kebakaran lahan.

Tahun ini dapat bantuan dari pusat untuk pembuatan alat aku pengukur kualitas udara. Rencananya, layar besar yang menerangkan indikator kualitas udara terpampang di Taman Lansia, Jalan Pahlawan. Alat tersebut jauh lebih canggih dan bisa mengukur polutan udara. "Tahun ini rencananya," pungkas dia. (*/dad/dra/k8)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X