BALIKPAPAN–Megaproyek rel kereta api Kaltim tampaknya masih seksi bagi investor meski Pemerintah Rusia mundur. Medio Juli ini, Pemprov Kaltim mengonfirmasi adanya pembahasan terkait kelanjutan pembangunan rel sepur di Benua Etam. Hanya, siapa pemodal yang berminat itu belum dibeber pemprov ke publik.
“Bisa Tiongkok juga. Banyak yang mau sih. Ada beberapa negara,” kata Gubernur Kaltim Isran Noor kepada Kaltim Post usai meresmikan ruang hemodialisa, laboratorium microbiology, dan CT-scan 128 slice di RSUD Kanujoso Djatiwibowo (RSKD) Balikpapan, Rabu (1/7) lalu. Mantan bupati Kabupaten Kutai Timur itu melanjutkan, pembahasan dengan calon investor berbeda dengan perencanaan yang sebelumnya disusun PT Kereta Api Borneo (KAB) selaku anak perusahaan Russian Railways.
Sebelumnya, Russian Railways melalui PT KAB ingin membangun rel kereta api untuk mengangkut komoditas batu bara. Kereta ini menghubungkan Kabupaten Kubar, Kabupaten Paser, Kabupaten Penajam Paser Utara, dan Kota Balikpapan. Dengan nilai investasi kala itu sekira Rp 53,3 triliun. Belakangan, proyek ini telah dilepaskan statusnya sebagai proyek strategis nasional oleh pemerintah dengan alasan PT Kereta Api Borneo sebagai pemrakarsa, tidak mampu menunjukkan rencana aksi dan upaya tindak lanjut kemajuan proyek yang jelas.
Padahal, groundbreaking proyek ini diresmikan langsung oleh Presiden RI Joko Widodo pada 2015 di kawasan industri Buluminung, Penajam Paser Utara (PPU).
“Akan tetapi, perencanaan trek kereta api yang akan dibangun nanti adalah multipurpose (multifungsi). Sehingga dapat mengangkut barang, orang, dan segala hal lainnya,” ungkapnya.
Isran mengatakan, dalam pertemuan nanti, juga dibahas rancangan jalur kereta api regional Kalimantan. Proyek ini sebelumnya sudah pernah disusun Kementerian Perhubungan pada 2011. Rel kereta api regional Kalimantan ini membentang dari Kecamatan Tanjung, Kabupaten Tabalong (Kalsel) menuju Kabupaten Paser, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) hingga tembus ke Kota Balikpapan. Panjang jalur rel kereta api ini direncanakan sekira 234 kilometer.
Kemudian dari Kota Balikpapan akan dilanjutkan ke Kota Samarinda. Untuk menghubungkan dua kota besar di Kaltim ini, panjang rel kereta api yang akan dibangun sekira 89 kilometer. Penyusunan detail engineering design atau DED sudah tuntas pada 2015. Dengan perkiraan biaya pembangunan jaringan rel kereta api Kalimantan kala itu senilai Rp 88,5 triliun. “Bisa salah satunya. Jadi nanti dibahas dengan pemerintah,” terang pria humoris ini.
Sementara itu, Penjabat (Pj) Sekprov Kaltim Muhammad Sa’bani turut membenarkan rencana pertemuan tersebut. Hanya, dia menyebut belum mengetahui persis mengenai jadwal pertemuan maupun lokasinya. “Kami belum tahu persis, pertemuannya di mana. Nanti kita tunggu saja, apakah di Jakarta atau Balikpapan. Kemungkinan, kecenderungannya di Balikpapan atau Samarinda,” terang dia.
Mantan kepala Disperindagkop dan UMKM Kaltim ini menyampaikan, BUMN PT Kereta Api Indonesia (KAI) direncanakan turut hadir dalam pertemuan itu. Lanjut dia, PT KAI sebelumnya juga merencanakan pembangunan jalur kereta api lintas Kalimantan. “Nanti kita lihat rencana trase atau rutenya dari investor ini seperti apa. Saya belum tahu pastinya, karena biasanya investor itu ‘kan. Ada berbagai macam, apakah nanti privat (badan usaha) atau pemerintah,” ungkapnya.
Diketahui, pada Januari 2020 lalu, perusahaan jasa konstruksi asal Tiongkok, China Railway Liuyuan Group Co., Ltd (CRL) menyampaikan keinginannya untuk menggelontorkan investasi di bidang infrastruktur di Kaltim. Salah satunya proyek pembangunan rel kereta api Kaltim, yang sebelumnya ditangani PT Kereta Api Borneo (KAB).
Kunjungan calon investor asal Tiongkok itu ke Samarinda berlangsung pada 14 Januari 2020. (kip/riz/k16)