Asap di TPA Bikin Sengsara, DLH Belum Bisa Berbuat Banyak

- Rabu, 1 Juli 2020 | 14:02 WIB
SUDAH TAK SANGGUP: Tempat pembuangan akhir di kawasan Bukit Pinang dianggap tak lagi mampu menampung sampah yang datang berton-ton setiap hari. RAMA SIHOTANG/KP
SUDAH TAK SANGGUP: Tempat pembuangan akhir di kawasan Bukit Pinang dianggap tak lagi mampu menampung sampah yang datang berton-ton setiap hari. RAMA SIHOTANG/KP

SAMARINDA–Satu demi satu masalah muncul di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bukit Pinang, Kecamatan Samarinda Ulu. Selain masalah kelebihan kapasitas, TPA yang seharusnya dinonaktifkan sejak 2013 menyumbang pencemaran udara. Asap berbau tak sedap kerap dirasakan masyarakat Kota Tepian.

Dari pantauan Kaltim Post, Senin (29/6) malam hingga Selasa (30/6) pagi, kepulan asap tak hanya ada di sekitar TPA. Asap tak sedap merambah hingga Taman Cerdas, Samarinda Ulu, atau sekitar 4,2 km dari lokasi TPA yang dibangun medio 90-an itu.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Samarinda Nurrahmani tak menampik jika asap ditimbulkan bersumber dari TPA Bukit Pinang. "Memang sebenarnya TPA Bukit Pinang itu sudah tidak representatif lagi, harus pindah," ucapnya. "Saya enggak bisa berkata banyak, kami tahu lah masyarakat banyak yang protes, tapi untuk menanganinya juga susah," sambungnya.

Perempuan yang akrab disapa Yama itu bingung untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut. Terlebih jika musim kemarau tiba. Titik panas akan turut bertambah. DLH hanya bisa melakukan penyiraman jika ada kepulan asap yang muncul, akibat gas metana. Itu tak bisa merata. Selain tumpukan sampah yang telah dalam, titik api biasanya berada di lereng. Penyiraman hanya bisa dilakukan pada permukaan.

"Susah juga menanganinya maksimal. Ini masih terbantu musim hujan, jadi asap tak seberapa. Kalau musim panas itu sudah tidak bisa diapa-apakan lagi," keluhnya. Upaya menangkap gas metan sejatinya telah dicoba. Namun, hasilnya nihil. Tumpukan sampah yang menahun tak bisa ditembus pipa hingga bagian dalam.

"Kami juga susah menangkap gas metannya. Dari 10 hektare (ha), 7,5 ha sudah tidak bisa diapa-apain lagi, jadi susah geraknya," imbuh dia.

Terkait polusi udara yang ditimbulkan, Yama menyebut belum ada perhitungan soal besarnya dampak asap yang ditimbulkan. Keterbatasan alat disebut menjadi penghalang. "Tapi itu (asap) sudah pasti polusi seperti keluhan masyarakat umum. Sebenarnya timbul asap saja itu sudah tidak bagus, kalau yang bagus penanganan itu tidak ada asap," jelasnya.

Yama menjelaskan, untuk solusi paling tepat adalah melakukan pemindahan TPA. Pihaknya akan meminta penjelasan kembali TPA Sambutan yang seharusnya telah siap. "Seharusnya dari 2013 itu pindahnya, solusi ke depannya kami terus mendorong untuk pemindahan TPA," pungkasnya. (*/dad/dra/k8)

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X