STUTTGART – Satu-satunya gol VfB Stuttgart pada spieltag ke-34 diciptakan Mario Gomez. Meski demikian, Stuttgart tetap kalah 1-3 oleh SV Darmstadt 98 di akhir pertandingan (29/6). Rupanya gol tersebut menjadi pesembahan pamungkas penyerang 34 tahun itu buat Stuttgart.
“Ini menjadi misi terakhir saya buat VfB (Stuttgart). Saya selalu bermimpi untuk mengakhiri karir saya disini,” kata Gomez dikutip DW. Di musim 2019-2020 bersama Stuttgart di 2.Bundesliga, torjaegerkanone 2010-2011 itu mencetak tujuh gol.
Apa yang dilakukan Gomez ini mengingatkan kepada keputusan serupa yang diambil pemain Parma Calcio 1913 Alessandro Lucarelli pada musim 2017-2018. Setelah membawa Parma promosi ke Serie A, bek 40 tahun itu mundur.
DW menulis dengan pensiunnya Gomez maka tak ada lagi tipikal pemain Jerman berkarakter poacher yang dominan. “Di era sepak bola seperti ini, pelatih lebih menyenangi pemain yang bukan berdiam dan membunuh di kotak penalti. Melainkan juga bisa mendribel dri sisi flank,” tulis DW.
Gomez adalah bagian skuad treble winners Bayern Muenhen 2012-2013 lalu. Meski demikian kalaupun ada celah dalam karir Gomez tentu yang paling menyakitkan adalah di level timnas Jerman.
Pada perhelatan Piala Dunia 2014, Gomez disisihkan oleh der trainer Joachim Loew. Jogi—sapaan Joachim Loew—lebih memilih memboyong Miroslav Klose bersama Jerman yang kemudian juara dunia di Brasil.
Nah, ketiadaan Gomez di lini depan Stuttgart menjadi kehilangan besar. Setidaknya pemain depan lain seperti Nicolas Gonzalez, Hamadi Al Ghaddioui, maupun Silas Wamangituka menyebut Gomez sebagai mentor.
“Mario (Gomez) berbicara banyak kepada saya selama di dalam lapangan juga di luar lapangan. Bahkan dalam setiap kali menjalani pertandingan di PlayStation saya akan memainkannya,” tutur Gonzalez kepada Bild. (dra)
--
