SAMARINDA–Pendaftaran penerimaan peserta didik baru (PPDB) jenjang sekolah menengah pertama (SMP) telah berjalan di Kota Tepian, sejak 23 Juni lalu. Namun, ada perbedaan dengan PPDB jenjang sekolah dasar (SD) sebelumnya.
Pada PPDB jenjang SMP, disediakan dua jalur lainnya. Yakni, jalur prestasi akademik sebesar 15 persen dan non-akademik 5 persen. Kedua jalur tersebut dapat menjadi celah murid berprestasi untuk melampaui sistem zonasi. Calon siswa dapat masuk di SMP pilihannya.
Kepala Dinas Pendidikan Samarinda Asli Nuryadin menuturkan, jalur prestasi bukan jadi satu celah untuk melampaui sistem zonasi. Sistem jalur prestasi dimaksudkan untuk mengakomodasi kemampuan dan hak siswa untuk menentukan sekolah pilihannya.
"Dulu kan kita juga pakai sistem zonasi sampai 90 persen, itu habis kita diserang sampai Pak Menteri, karena tidak adanya kelonggaran untuk murid berprestasi. Itu cerita yang lama," ucapnya.
Adanya protes dari masyarakat membuat Permendikbud Nomor 14 Tahun 2018 dievaluasi kembali. Dalam Permendikbud Nomor 44 2019 yang kini diterapkan, jalur prestasi bisa diberikan pemerintah daerah jika masih terdapat sisa kuota dari jalur zonasi, afirmasi, dan perpindahan orangtua murid.
"Jadi, dalam Permendikbud Nomor 44/2019 memang telah diberi celah untuk mengakomodasi murid berprestasi. Kalau istilahku hak,” jelasnya. Namun, lanjut dia, dibuat sistem apapun tidak akan pernah sempurna. “Kita pakai tes ada ribut, pakai sistem zonasi juga begitu,” tambahnya.
Asli menjelaskan, adanya deviasi lantaran jumlah sekolah yang tidak ekuivalen dengan keberadaan penduduk di sekitar sekolah. Persepsi orangtua tentang sekolah unggulan juga menjadi faktor sistem zonasi masih dilanggar. Dia tak menampik jika adanya kesenjangan jumlah murid pada sekolah di daerah pinggiran. Namun, hal itu bukan semata-mata karena adanya jalur prestasi yang dianggap sebagai celah.
Dia berharap, paradigma masyarakat tentang sekolah favorit dan unggul dapat hilang. Hal itu agar tidak ada perbedaan sekolah pinggiran dengan sekolah di perkotaan.
“Sekolah unggul itu kan persepsi masyarakat saja, tapi semua sekolah itu sebenarnya sama saja, nggak mungkin juga kan sekolah itu mengajari muridnya jadi pemakai narkoba,” jelasnya. (*/dad/kri/k8)