Bisnis Ritel Mulai Bangkit, Tapi Tertahan Kenaikan Harga Barang

- Sabtu, 27 Juni 2020 | 10:04 WIB
Bisnis ritel menurun signifikan, hingga 40 persen ketika aktivitas masyarakat dibatasi. Namun, saat ini mulai membaik walau pertumbuhannya baru sekitar 5-10 persen.
Bisnis ritel menurun signifikan, hingga 40 persen ketika aktivitas masyarakat dibatasi. Namun, saat ini mulai membaik walau pertumbuhannya baru sekitar 5-10 persen.

Bisnis ritel menurun signifikan, hingga 40 persen ketika aktivitas masyarakat dibatasi. Namun, saat ini mulai membaik walau pertumbuhannya baru sekitar 5-10 persen.

 

SAMARINDA- Pelonggaran aktivitas masyarakat memberi angin segar bagi bisnis ritel. Mulai awal bulan lalu, sektor usaha ini terus menunjukkan tren perbaikan dengan mencatat pertumbuhan di angka 5-10 persen. Sayang, di tengah tren apik ini harga pangan turut meningkat seiring demand yang banyak dan menjadi penahan laju pertumbuhan.  

Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Kaltim Gatot Teguh Januar mengatakan, bisnis ritel bukanlah sektor yang “kebal” dari virus corona (Covid-19). Meski masyarakat masih banyak yang berbelanja, nyatanya penurunan tetap tak bisa dihindari saat pandemi. Utamanya toko-toko ritel yang berada di dalam pusat perbelanjaan. Mereka paling banyak mengalami penurunan.

“Namun saat new normal hampir sebulan ini sudah mulai meningkat 5-10 persen. Karyawan yang sempat dirumahkan juga mulai dipekerjakan lagi,” jelasnya  (25/6).

Gatot menjelaskan, saat pandemi kemarin bisnis ritel juga cukup terdampak dan memilih menutup usaha. Belum lagi banyak saingan bisnis baru, seperti pengusaha dadakan yang berjualan online. Jadi imbas bisnis ritel menjadi luas, bahkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang biasa menyuplai juga banyak yang merumahkan karyawan demi bertahan di tengah pandemi.

Namun saat ini mulai membaik. UMKM juga sudah banyak yang menerima orderan kembali, dan berdampak pada peningkatan omzet. Banyaknya kafe, mal, dan restoran kembali buka turut mendongkrak bisnis ritel saat ini, sebab pembelanjaan kembali bergairah. “Namun sayangnya, geliat bisnis ritel tertahan dengan kenaikan beberapa harga barang,” ungkapnya.

Menurutnya, beberapa pangan sedang mengalami kenaikan harga. Utamanya telur, jika biasanya telur di jual Rp 39-40 ribu per piring, kini bisa mencapai Rp 48-50 ribu. Kondisi itu mulai merambat juga ke beberapa komoditas lain, seperti tepung dan lainnya. Namun dari semua kenaikan pangan, yang paling parah memang telur.

“Kenaikan telur ini cukup parah, sebab peminat telur sangat banyak. Kemarin gula sempat tinggi tapi sudah mulai stabil, malah digantikan dengan kenaikan telur,” tuturnya. Pihaknya berharap, pemerintah daerah bisa serius menangani kenaikan harga tersebut. Harus dicari penyebab harga bisa meningkat, agar bisa kembali stabil. Kaltim ini salah satu daerah yang masih mengandalkan suplai dari luar daerah, sehingga harganya kerap terganggu dan meningkat cukup tajam.

“Kita berharap pemerintah lebih serius menangani masalah pangan, sehingga harga yang fluktuatif ini bisa lebih stabil dan tidak membebani para konsumen. Kita sebagai distributor juga bisa menghadirkan harga yang lebih stabil jika suplai kebutuhannya bisa lebih murah,” pungkasnya. (ctr/ndu/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Transaksi SPKLU Naik Lima Kali Lipat

Jumat, 19 April 2024 | 10:45 WIB

Pusat Data Tingkatkan Permintaan Kawasan Industri

Jumat, 19 April 2024 | 09:55 WIB

Suzuki Indonesia Recall 448 Unit Jimny 3-Door

Jumat, 19 April 2024 | 08:49 WIB

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB

Harga Emas Melonjak

Selasa, 16 April 2024 | 16:25 WIB
X