KEK Maloy yang Ditargetkan Berkembang Pesat: Fasilitas Masih 10 Persen, Listrik Andalkan Mesin Generator

- Jumat, 26 Juni 2020 | 10:52 WIB
Pelabuhan Maloy, Kutai Timur.
Pelabuhan Maloy, Kutai Timur.

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy sudah dilirik. Tak tanggung-tanggung, investasi yang akan digelontorkan mencapai Rp 30 triliun. Perusahaan yang bergerak di bidang metanol, yaitu PT Bakrie Capital Indonesia (BCI), PT Ithaca Resources, dan Air Products akan membangun pabrik industri metanol di sana.

 

SANGATTA–Berdasarkan kontrak jangka panjang, batu bara yang dipasok dari tambang milik PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT Ithaca Resources, nantinya diolah oleh fasilitas produksi milik Air Products, untuk diproduksi menjadi metanol dan dipasarkan di Indonesia.

Bupati Kutai Timur (Kutim) Ismunandar membenarkan hal tersebut. Bahkan, pihaknya sangat terbuka menerima investasi dari manapun. "Asalkan bertanggung jawab dan bukan wacana," ungkapnya.

Dengan masuknya investor, Kutim akan mampu meningkatkan geliat industri di kawasan pesisir Kutim. Dengan demikian, menambah pertumbuhan kegiatan industri di kawasan KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK). "Semoga pekerja lokal ikut dilibatkan," harapnya.

Kendati demikian, fasilitas di KEK Maloy terbilang masih minim. Meski sudah memiliki pelabuhan dan kawasan perkantoran, fasilitas di sana terhitung masih 10 persen tersedia. "Memang listrik belum ada. Sejauh ini masih menggunakan mesin generator set (genset). Kalau air bersih sudah ada instalasinya," jelasnya.

Dia mengatakan, KEK Maloy merupakan sebuah ikon Awang Faroek Ishak ketika masih menjabat gubernur Kaltim. "Itu investasi provinsi. Harus dikelola secara profesional. Kami ingin semua berjalan cepat," kata politikus NasDem itu.

Informasi yang diterimanya, investasi tersebut mampu memproduksi 2 juta ton metanol per tahun. Jadi, diharapkan onstream pada 2024 mendatang. "Industri metanol akan mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM) secara signifikan, dan akhirnya bakal mengurangi tekanan pada mata uang rupiah," terangnya.

Artinya, KEK Maloy menjadi lintasan laut perdagangan internasional yang menghubungkan Kalimantan dan Sulawesi serta jalur regional lintas trans Kalimantan, serta transportasi penyeberangan feri Tarakan-Tolitoli, dan Balikpapan-Mamuju. Selain itu, hingga 2025, KEK yang ditetapkan pada Oktober 2014 ini ditargetkan bisa menarik investasi Rp 34,3 triliun dan meningkatkan PDRB Kutai Timur hingga Rp 4,67 triliun.

Di sisi lain, KEK Maloy direncanakan menjadi pusat industri pengolahan dan ekspor crude palm oil terbesar Kalimantan. Di Kutim, kabupaten ini memproduksi 5,2 juta ton kelapa sawit pada 2018. Dari sisi jarak tempuh ke Jepang, KEK Maloy dapat memangkas waktu jarak hingga seperempat waktu jika dibandingkan harus melewati Jakarta dan Singapura. Sebab, dari KEK Maloy ke Jepang hanya sekitar 4 ribu kilometer. Sementara, jika dari Jakarta dan Singapura memakan jarak 5,3 ribu kilometer. Hal ini akan menjadi daya tarik bagi Jepang untuk mengimpor CPO langsung dari Kaltim. (dq/dra/k16)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X