Cara Bertahan Rumah Makan Tahu Sumedang di Tengah Covid-19 dan Tol Bertarif

- Kamis, 25 Juni 2020 | 09:59 WIB
Rumah makan Tahu Sumedang yang berada di poros jalan Balikpapan-Samarinda.
Rumah makan Tahu Sumedang yang berada di poros jalan Balikpapan-Samarinda.

Rumah Makan (RM) Tahu Sumedang di jalan poros Balikpapan-Samarinda begitu familier bagi warga Kaltim. Setelah bertubi-tubi diadang persoalan, manajemen RM Tahu Sumedang mulai membangun strategi di tengah pandemi dan Tol Balsam yang bertarif.

 

Muhammad Rifqi, Tenggarong

 

WAKTU menunjukkan pukul 14.53 Wita. Rabu (24/6), hujan mengguyur di kawasan Kecamatan Samboja, Kukar. Aktivitas RM Tahu Sumedang yang berada di Kilometer 50, Jalan Soekarno-Hatta, poros Samarinda-Balikpapan mulai berdenyut.

Dua belas mobil milik pengunjung terparkir di halaman rumah makan. Sejumlah protokol kesehatan Covid-19 juga terlihat di RM Tahu Sumedang. Fasilitas tempat cuci tangan, imbauan menggunakan masker, hingga pembatasan jarak antarpengunjung disampaikan melalui tulisan.

Baru beberapa pekan terakhir, denyut nadi RM Tahu Sumedang terasa. Meski belum benar-benar “sehat”, aktivitas ekonomi di RM Sumedang ini cukup terasa setelah tarif Tol Balsam ditetapkan. Sebagaimana diketahui, warga hilir mudik dari Balikpapan ke Samarinda maupun sebaliknya.

Mereka memilih menggunakan jalan Tol Balsam yang gratis karena dianggap lebih efisien. Sementara jalan poros Bukit Soeharto terbilang sepi. “Alhamdulillah, sudah mulai ramai saat ini. Semenjak tol ada tarifnya, masyarakat sepertinya banyak menggunakan jalan poros yang lama,” kata Nanang, pengelola RM Tahu Sumedang.

Nanang menyebutkan, saat ini omzet RM Tahu Sumedang tersisa 30 persen dari kondisi normal. Saat tol Balsam masih gratis, jumlah omzet hanya sekitar 10 persen. Sementara karyawan yang dipekerjakan juga mengalami efisiensi.

Yaitu hanya 29 orang. Dari sebelumnya, jumlah karyawan sekitar 170 karyawan. “Kami memang menyiasati untuk bertahan, dengan mempekerjakan karyawan dengan lebih efisien. Ada juga warga lokal yang bantu-bantu,” tambahnya.

Sebenarnya, sejak Bandara APT Pranoto beroperasi Oktober 2018 lalu, efisiensi mulai dilakukan manajemen RM Tahu Sumedang. Dari 170 karyawan, disusutkan menjadi 140 orang. Pekerja yang dikurangi sebagian besar berkaitan dengan urusan dapur.

Sementara urusan perawatan dan kebersihan masih dipertahankan. Tak cukup sampai di situ. RM Tahu Sumedang kembali dihadapkan dengan beroperasinya Tol Balsam akhir Desember lalu. Omzetnya pun merosot dan tersisa 10–25 persen.

“Mau tidak mau, efisiensi gelombang kedua kembali dilakukan. Jumlah karyawan kini tersisa 90 orang,” ujarnya.

Pria yang sudah belasan tahun dipercaya mengelola rumah makan tersebut menyebut, sudah memperkirakan kondisi yang terjadi saat ini. Apalagi pelanggan rumah makan itu adalah pengguna jalan poros, termasuk penumpang Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X