Seluruh Indikator Ekonomi Merah, Ekonomi Kuartal II Akan Lebih Tertekan

- Selasa, 23 Juni 2020 | 11:35 WIB
ilustrasi
ilustrasi

JAKARTA– Akibat pandemi Covid-19, ekonomi RI masih harus menghadapi tekanan. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menuturkan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II akan mengalami kontraksi.

Suhariyanto menyebut ada beberapa indikator ekonomi yang memicu kontraksi itu. Dia menjelaskan, indikator-indikator itu yakni realisasi pertumbuhan kuartal I, data penjualan produk otomotif, volume transaksi kartu kredit, jumlah penumpang angkutan udara, hingga kinerja ekspor impor.

Adapun realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal I yang hanya tumbuh 2,97. Dengan realisasi itu, bisa dipastikan pelemahan akan berlanjut pada kuartal II. Dia memerinci, pertumbuhan ekonomi di enam sektor melambat, kecuali sektor pertanian. ‘’Ini karena pergeseran puncak panen raya yang dari April ke kuartal II,’’ ujarnya dalam raker dengan Komisi XI DPR, (22/9).

Dia melanjutkan, untuk penjualan mobil pada kuartal I turun 93,21 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Sementara, penjualan motor yang disebutnya lebih mencerminkan pengeluaran golongan menengah ke bawah pun juga turun. Pada April, penjualan motor turun 79,31 persen apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. ‘’Jadi penurunannya dalam sekali,’’ imbuh Suhariyanto.

Dari kelompok pengeluaran, seluruh komponen turun cukup dalam pada kuartal I. Konsumsi rumah tangga tercatat turun dari 5,02 persen menjadi 2,84 persen pada kuartal I. Penyebabnya adalah penurunan bahan non makanan, penurunan konsumsi pakaian, alas kaki, transportasi dan komunikasi, penjualan otomotif, dan lainnya.

Pada kuartal I, nilai transaksi elektronik kartu kredit dan debit hanya terkontraksi 1,07 persen. Namun, pada kuartal II (April-Mei) tertekan hingga 18,96 persen.

Jumlah penumpang angkutan udara pun demikian. Pada kuartal I pun sudah terkontraksi hingga 13,62 persen dan berlanjut hingga negatif 87,91 persen. ‘’Dengan memperhatikan indikator-indikator ini, kita bisa perkirakan akan cukup dalam kontraksi pada kuartal kedua,’’ imbuh dia.

Suhariyanto melanjutkan, BPS juga mencatat jumlah iklan lowongan kerja di seluruh media menyusut selama pandemi corona Covid-19. Hingga Mei 2020, perusahaan yang memasang iklan pun anjlok hingga 50 persen dari sebelum ada pandemic. ‘’Bahkan jumlah iklan lowongan kerja di sektor jasa keuangan dan asuransi pun turun, juga untuk makanan, minuman, dan industri pengolahan,’’ tambahnya.

Sejalan dengan itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pun meningkat khususnya di daerah yang memiliki destinasi wisata. Hal itu disebabkan karena industri pariwisata yang babak belur karena penurunan jumlah wisman yang datang sejak Februari 2020.

‘’Pengangguran terbuka di beberapa provinsi dengan karakteristik destinasi wisata seperti DIY, misalnya, dari Februari sebesar 2,86 persen naik menjadi 3,38 persen,’’ jelasnya.

Dari kondisi itu, BPS menyimpulkan bahwa pandemi Covid-19 membawa perubahan besar baik dari perilaku masyarakat, mobilitas, hingga konsumsi. Skema pemulihan ekonomi nasional dinilai perlu memperhatikan pola perubahan perilaku konsumsi itu.

 

 

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan, keberhasilan pertumbuhan ekonomi nasional tergantung penerapan protokol kesehatan di masa transisi new normal. Masyarakat harus mematuhi dan menerapkan di kehidupan sehari-hari. Jika tidak, maka akan terjadi outbreak kasus positif Covid-19 yang menimbulkan second wave.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X