DERAWAN–Kepulauan Derawan di Kecamatan Derawan merupakan objek wisata yang cukup banyak menyumbang pendapatan asli daerah (PAD). Pulau dengan luas 44.77 hektare tersebut dihuni 440 kepala keluarga dengan jumlah jiwa sekira 1.560. Ribuan turis, baik lokal maupun mancanegara setiap tahun berkunjung ke pulau eksotis ini. Namun, kondisi infrastruktur di kawasan itu tak lagi seindah dulu.
Landasan helipad, lapangan voli, bahkan satu rumah resort tenggelam tergerus arus air laut. Abrasi tiap tahun membuat bibir pantai Pulau Derawan terkikis. Kepala Kampung Pulau Derawan Bahri menuturkan, kondisi ini sudah berlangsung sejak 2014. Setiap tahun, 5–6 meter bibir pantai tergerus.
“Saat ini sudah tergerus hampir 28 meter. Satu rumah lagi nyaris roboh. Sudah miring,” katanya. Untuk mengantisipasi abrasi makin meluas, dirinya sudah tiga kali mengusulkan penanganan setiap musyawarah rencana pembangunan (musrenbang). Namun, belum ada solusi konkret. Bahri menuturkan, butuh dana miliaran. Sementara, untuk menggunakan dana alokasi kampung (DAK) tidak mungkin dilakukan.
“DAK di sini cuma Rp 2,8 miliar. Itu pun sudah digabung dari yang APBN,” katanya. Masalah abrasi di Derawan kini mengancam keindahan pulau tersebut. Bahri mengatakan, pemasangan pemecah ombak juga sudah diusulkan. Bahkan, pada 2017 lalu, sudah pernah dilakukan peninjauan. Namun, hingga kini tidak ada pengerjaan. “Sudah dicek. Tidak tahu itu konsultan atau kontraktor. Mereka di sini hampir setengah bulan. Ukur sana sini. Bahkan mengukur kedalaman juga,” jelasnya.
Bahri berharap ada langkah pasti dari Pemkab Berau untuk melakukan perbaikan agar Derawan tidak menjadi cerita di masa depan
“Derawan kan masuk wisata bahari. Masa tidak ada perhatian dari Pemkab Berau maupun pusat,” pungkasnya. (*/hmd/riz/k16)