Masa Transisi, Mendag Minta Peritel Tetap Optimis

- Sabtu, 20 Juni 2020 | 11:41 WIB
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto

JAKARTA - Dua bulan terakhir menjadi momen menantang bagi pelaku industri ritel nasional. Di masa transisi ini, Kementerian Perdagangan memberikan support pada peritel untuk me-restart aktivitas bisnisnya. Meski target penjualan ritel hingga akhir tahun sudah pasti terkoreksi, pengusaha diminta optimis untuk menjemput demand di kuartal II 2020.

Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan bahwa pandemi Korona menyebabkan pendapatan di sektor perdagangan terutama di ritel-ritel modern dan pusat-pusat perbelanjaan seperti mal khususnya di DKI Jakarta turun drastis. Lebih jauh Agus memaparkan bahwa menurunnya pendapatan tersebut juga disebabkan oleh pengurangan kapasitas pengunjung yang wajib diterapkan di mal dan restoran selama pandemi. ”Penurunan ini cukup signifikan dalam dua bulan terakhir ini sekitar Rp 12 triliun. Di DKI Jakarta sendiri ada sekitar 70 pusat perbelanjaan," ujar Agus dalam diskusi virtual (18/6).

Di sisi lain, saat ini pemerintah provinsi DKI Jakarta sudah mengizinkan pusat-pusat perbelanjaan membuka kembali operasionalnya. Tenant-tenant non pangan di mal sudah kembali buka, dan restoran sudah melayani makan di tempat atau dine-in. Dengan peluang untuk bangkit ini, Agus meminta pelaku di sektor perdagangan tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat. "Protokol kesehatan sangat penting, harus punya kesadaran dan disiplin tinggi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan perdagangan khususnya di ritel-ritel modern dan pusat perbelanjaan,” bebernya.

Agus membeberkan, angka Purchasing Manager Index (PMI) di Indonesia pada Februari 2020 mencapai 50 persen. Ketika Corona mewabah di Indonesia, tepatnya bulan April angka PMI turun ke 27,6 persen. Namun, di bulan mei meningkat tipis ke 28,6 persen. Menurut Agus, angka tersebut mengartikan sektor perdagangan harus bangkit. “Nah, inilah waktunya untuk kita rebound," tegasnya.

Menurut Agus, Kemendag juga berencana memberikan insentif bagi industri ritel modern, guna mendongkrak kembali konsumsi nasional. Agus mengaku tengah berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga lainnya mengenai insentif tersebut. ”Yang diusulkan seputar perpajakan, penundaan pembayaran kredit, dan insentif lainnya,” urainya.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey menyebut ritel nasional memang sedang mengalami masa sulit sepanjang tahun 2020 ini. Sebelum adanya pandemi Korona pun, ritel sudah mendapat ”start” yang kurang prima di awal tahun karena musibah banjir. ”Maka dari itu harapan kita awal Juli sudah beroperasi normal. Agustus-September biasanya under perorm karena gak ada musim, gak ada hari perayaan agama atau event. November-Desember baru meningkat,” ujar Roy.

Aprindo memprediksi bahwa pada fase awal pembukaan mal, jumlah pengunjung yang berbelanja diperkirakan hanya 15 persen. Sementara sisanya, diperkirakan datang hanya untuk sekadar jalan-jalan setelah tiga bulan berdiam diri di rumah. ”Tidak secara masif akan langsung berdampak pada perdagangan,” tambah Roy. Aprindo pun memprediksi bahwa pertumbuhan ritel secara keseluruhan hanya bisa tumbuh 3-3,5 persen atau turun 50 persen dari tahun lalu sebesar 8-8,5 persen. (agf)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB

Harga Emas Melonjak

Selasa, 16 April 2024 | 16:25 WIB

Desa Wisata Pela Semakin Dikenal

Selasa, 16 April 2024 | 11:50 WIB

Pekerjaan Rumah Gubernur Kaltim

Selasa, 16 April 2024 | 09:51 WIB

Usulkan Budi Daya Madu Kelulut dan Tata Boga

Selasa, 16 April 2024 | 09:02 WIB
X