Peredaran Uang Kartal di Kaltim Menurun

- Jumat, 19 Juni 2020 | 13:53 WIB
ilustrasi
ilustrasi

Masyarakat Kaltim cenderung menahan uang mereka. Ini terlihat dari aliran uang masuk ke Bank Indonesia yang tercatat lebih besar dibandingkan uang keluar.

SAMARINDA- Peredaran uang kartal di masyarakat sepanjang tahun ini mengalami penurunan. Momen Ramadan yang biasanya selalu meningkat, tahun ini cenderung melambat. Adanya pembatasan sosial dan imbauan masyarakat untuk tetap di rumah serta melakukan silaturahmi Idulfitri menggunakan media elektronik menjadi salah satu musababnya.

Bank Indonesia (BI) menilai, pembatasan sosial yang dilakukan demi memutus mata rantai penyebaran virus corona membuat aktivitas ekonomi, khususnya transaksi tunai berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini, mereka bahkan hanya menyiapkan uang tunai sebanyak Rp 157,96 triliun selama Ramadan dan Idulfitri.

Angka itu turun 17,7 persen (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Selain itu, untuk mencegah perluasan penyebaran Covid-19, Bank Indonesia senantiasa mengimbau masyarakat untuk menggunakan transaksi pembayaran secara nontunai melalui digital banking, uang elektronik, dan QR Code Pembayaran dengan standar QRIS (QR Code Indonesian Standard).

Pada triwulan I 2020, aliran uang kartal menunjukkan pergerakan inflow atau aliran uang masuk melebihi outflow atau aliran uang keluar di Kaltim. Sehingga menjadi posisi net inflow sebesar Rp 649 miliar. Net inflow pada triwulan I ini berbeda dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat net outflow sebesar Rp 2,78 triliun.

Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Kaltim Tutuk SH Cahyono mengatakan, secara nominal, nilai uang kartal yang diedarkan di Kaltim tercatat Rp 2,54 triliun pada triwulan I. Sementara itu, nilai uang kartal yang masuk ke BI sebesar Rp 3,19 triliun. Dengan demikian, pada triwulan I transaksi tunai di Kaltim berada pada posisi net inflow sebesar Rp 649 miliar.

“Net inflow yang dialami Kaltim pada triwulan I sejalan dengan pola seasonal tahunan serta didukung oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi pada periode ini,” jelasnya, Kamis (18/6).

Dia menjelaskan, net inflow pada triwulan pertama tahun ini disebabkan oleh masuknya aliran uang yang setelah peringatan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal, tahun baru, dan liburan sekolah. Hal itu juga terkonfirmasi dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi Kaltim pada triwulan I sebesar 1,27 persen (yoy) dari triwulan sebelumnya sebesar 2,67 persen (yoy).

“Selain itu, penurunan kebutuhan uang juga dikonfirmasi dengan kontraksi yang terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian,” jelasnya.

Secara spasial, terjadi aliran uang masuk neto di triwulan I terjadi di wilayah kerja KPw-BI Kaltim, sementara itu KPw-BI Balikpapan mengalami penurunan jumlah aliran uang keluar neto. Di KPw-BI Kaltim mengalami aliran masuk bersih (net inflow) menjadi sebesar Rp 1,06 triliun dari aliran keluar bersih (net outflow) sebesar Rp 1,96 triliun pada triwulan sebelumnya. Sementara KPw-BI Balikpapan mengalami net outflow sebesar Rp 357 miliar dibanding net outflow sebesar Rp 819 miliar.

“Dalam rangka memelihara kualitas uang kartal yang beredar di masyarakat melalui kebijakan Clean money policy (CMP), BI juga melakukan kegiatan pemusnahan uang tidak layar edar (UTLE) secara rutin,” tuturnya.

Pada triwulan I, nominal penarikan UTLE sebesar Rp 546 miliar. Pada triwulan I 2020 terjadi penurunan rasio UTLE terhadap inflow. Penurunan rasio UTLE terhadap inflow mengindikasikan bahwa uang yang beredar di masyarakat dalam kondisi yang baik dan sesuai standar layak edar dari Bank Indonesia. (ctr/ndu/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X