Sepakat Harga BBM Tidak Turun

- Jumat, 19 Juni 2020 | 11:25 WIB
ilustrasi
ilustrasi

Langkah Pemerintah dan Pertamina belum melakukan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) mendapat dukungan.

 

BALIKPAPAN – Meski harga minyak dunia sepanjang tahun ini melemah cukup dalam, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memutuskan untuk tetap mempertahankan harga BBM saat ini. Pasalnya, konsumsi BBM dalam negeri selama pandemi corona juga ikut anjlok. Bahkan penurunannya hingga mencapai 40 persen.

Dewan Pembina Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Balikpapan Afiudin Zainal Abidin mengatakan, penurunan BBM akibat Covid-19 ini cukup dalam. Dia meyakini, kondisi tersebut yang membuat Pertamina dan pemerintah masih enggan menurunkan harga BBM. Pasalnya, keuangan mereka bisa turun signifikan.

Namun, sambung Zainal, harga BBM bulan depan bisa saja turun. Sebab, formula harga yang ditetapkan Kementerian ESDM mengacu pada harga minyak dua bulan lalu. Jika harga minyak pada Mei-Juni 2020 turun, maka harga BBM pada bulan depan bisa turun. "Namun, kita lihat saja kebijakan pemerintah di bulan depan seperti apa, turun atau bagaimana? Sebab, itu bergantung harga minyak dunia," katanya.

Zainal menilai kebijakan pemerintah tidak menurunkan harga BBM ketika pandemi sudah tepat. Pasalnya, pandemi corona menyebabkan permintaan bahan bakar menurun. "Kalau harga diturunkan, kita semua di rumah, tidak ada gunanya," katanya.

Menurutnya, penurunan harga BBM baru bisa bermanfaat jika aktivitas bisnis dimulai kembali. Apalagi sekarang sudah dimulai tataran normal baru. "Kita lihat apakah harga turun pada Juli 2020. Kalau harga turun, kita boleh jalan-jalan, itu dampaknya pada kemakmuran rakyat," terangnya.

Selain itu, penurunan harga BBM pada bulan depan bisa berdampak pada pemulihan ekonomi. Sebab, sektor transportasi dan industri mulai kembali beroperasi.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menyebut, bisa saja harga BBM diturunkan. Bahkan, dia mengklaim Pertamina dapat menjual BBM dengan harga yang lebih murah dibandingkan harga saat ini. Namun pihaknya harus mengorbankan kilang dan menutup hulu migas yang ada.

“Kalau ingin (BBM turun), simpel saja harga itu murah, tentu cost of production-nya kita cari yang semurah mungkin. Kita beli saja yang murah, kita tutup semua kilang, kita tutup hulu migas yang ada,” ujarnya seperti dikutip Jawapos.com, Rabu (17/6).

Nicke mengakui produk minyak yang dijual Pertamina memang lebih mahal daripada yang dijual oleh Amerika Serikat. Hal itu dikarenakan perusahaan migas di AS sedang kelebihan pasokan alias oversupply. “Makanya mereka itu bilang ambil deh ini minyak di sini, saya tidak bisa stop dan saya tidak punya tempat penyimpanan, gratis tapi ambil ya ke Amerika. Kira-kira begitu karena mereka enggak mau stop (produksi) juga,” ucapnya.

Ia menuturkan, Pertamina bisa saja berperan seperti trader yang membeli minyak dari negara lain yang harganya murah. Namun, jika hulu migas dan kilang ditutup, maka Indonesia akan kembali bergantung pada impor. “Ketika harga minyak naik lagi, ini kan akan merangkak naik, terus kita terlambat lagi, terus kita teriak-teriak lagi ini mafia nih mafia sukanya impor gitu,” imbuhnya.

Ia menambahkan, persoalan harga minyak tidak dapat selalu dibandingkan dengan negara lain. Apalagi di tengah pandemi seperti sekarang ini. Misalnya lockdown diterapkan, maka Indonesia bisa kehabisan pasokan. “Jadi maksud saya begini, dalam situasi ini kita kan juga harus tetap melihat ke depan secara jangka panjang tentang kemandirian energi, ketahanan,” tegas Nicke. (aji/ndu/k15) 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ekonomi Bulungan Tumbuh 4,60 Persen

Kamis, 28 Maret 2024 | 13:30 WIB

2024 Konsumsi Minyak Sawit Diprediksi Meningkat

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:21 WIB
X