Penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia dinilai terlambat. Pernyataan itu disampaikan Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla (JK) saat berkunjung ke Jawa Timur kemarin. JK menilai, negara-negara yang sukses meredam Covid-19 sudah menyiapkan pencegahan sejak awal. Namun, Indonesia tidak melakukannya. Pencegahan Covid-19 baru tampak pada Maret. Karena itu, wajar jika ada orang menilai kesannya mengentengkan. ”Padahal, wabah ini tidak bisa dianggap enteng,” katanya.
Mantan wakil presiden itu juga mengkritisi penerapan PSBB di beberapa tempat yang tidak efektif. Pemicunya adalah sanksi pelanggaran PSBB yang tidak tegas. Disiplin masyarakat masih rendah. ”Kebijakan ini tidak akan efektif kalau sanksi tidak dijalankan,” ucap dia.
Meski begitu, JK mengapresiasi kerja keras banyak pihak dalam mengatasi wabah tersebut. Termasuk yang dilakukan Pemprov Jatim bersama pemerintah daerah. Dia juga menyinggung penggunaan convalescent plasma sebagai metode penyembuhan. ”PMI siap membantu menyediakan plasma yang sudah diseleksi,” katanya.
Nanti mekanisme kerja sama antara rumah sakit dan PMI harus diperjelas. Tugas pokok dan fungsi akan dibagi. Bisa jadi, PMI sebagai pihak yang menyediakan darah. Selanjutnya, rumah sakit mengolah darah tersebut. ”Intinya, kami akan siap membantu,” tegasnya.
Metode penyembuhan melalui terapi plasma itu sudah diterapkan kepada delapan pasien di Jawa Timur. Dari jumlah tersebut, empat pasien dikabarkan sudah pulang. Gugus Tugas Pemprov Jatim terus mencari donor plasma dari pasien yang sudah sembuh dari Covid-19. Sudah ada 22 orang yang siap menjadi donor plasma darah tersebut.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menyambut positif tawaran itu. Dia mengatakan, PMI memiliki perangkat yang lengkap untuk donor darah. Kerja sama antara gugus tugas dan PMI sangat positif. ”Proses donor akan lebih mudah karena perangkat yang lengkap,” ucap Khofifah yang didampingi Ketua PMI Jatim Imam Utomo. (riq/c10/oni)