Ekonomi Kaltim di Tengah Pandemi dari Perspektif Tutuk SH Cahyono

- Kamis, 18 Juni 2020 | 12:19 WIB
Tutuk dan manajemen Kaltim Post.
Tutuk dan manajemen Kaltim Post.

Manajemen Kaltim Post di Samarinda menyambangi Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw-BI) Kaltim, kemarin (17/6). Persoalan ekonomi provinsi ini jadi salah satu topik yang dibincangkan dalam pertemuan itu.

 

CATUR MAIYULINDA, Samarinda

 

KALTIM bisa menghadapi badai ekonomi sepertinya bukan hal baru. Jika mengingat ke belakang, ekonomi Kaltim pada 2015 pernah minus 1,21 persen, yang masih berlanjut pada 2016 meski mulai membaik menjadi minus 0,38 persen. Hal itu tentunya disebabkan terlalu bergantungnya pertumbuhan ekonomi daerah ini terhadap satu sektor, yaitu pertambangan batu bara.

Rombongan Kaltim Post kemarin dipimpin Direktur Rusdiansyah Aras. Kepada manajemen koran terbesar di Kaltim ini, Kepala KPw-BI Kaltim Tutuk SH Cahyono mengatakan, optimisme Benua Etam bisa menuju ekonomi yang lebih kuat dan stabil, jika industri hilir bisa berjalan baik. Menarik investor yang mau mengembangkan itu yang diperlukan, agar daerah ini bisa berkembang lebih cepat.

Harus ada insentif fiskal untuk mendorong investor bersemangat menanamkan modal di Kaltim. Selain itu, perlu regulasi yang ramah, supaya tercipta efisiensi. “Memang menarik investor, diperlukan sedikit upaya yang lebih keras,” ujarnya.

Pemerintah harus bisa membuat investor berselera masuk ke Kaltim. Selain itu, diperlukan juga diversifikasi sektor usaha. Selama ini, investasi selalu didominasi pertambangan batu bara, atau hanya sebatas barang mentah. Tidak masalah jika investor masih tertarik dengan pertambangan. Namun, seharusnya sudah industri hilirnya. Itu juga berlaku untuk sektor lain.

Intinya meningkatkan nilai tambah bagi seluruh komoditas Kaltim yang selama ini dijual mentah. Nilai tambah terhadap produk-produk di provinsi ini harus ditumbuhkan, investasi harus diarahkan ke sana.

Dikatakan, ekonomi Kaltim hampir 50 persennya masih didominasi pertambangan batu bara. Sehingga, sangat bergantung terhadap harga batu bara dunia. Ketika satu sektor itu lemah, maka ekonomi Kaltim pasti goyah. Maka diperlukan sumber-sumber ekonomi baru yang lebih berdaya saing.

“Seharusnya diversifikasi komoditas itu tidak hanya perlu dibicarakan. Semua orang di Kaltim sudah tahu hilirisasi mutlak diperlukan daerah ini,” tegasnya.

Kuncinya untuk menuju hilirisasi, adalah membuat kondisi investasi yang nyaman bagi investor. Investor yang bisa melakukan diversifikasi komoditas yang perlu disambut ramah.

Buka lebar-lebar keran investasi, kasih insentif kepada investor yang mau mengarah kepada produk-produk yang berbasis hilirisasi crude palm oil (CPO) atau batu bara. Kasih insentif kepada investor yang mau membuat minyak goreng, kosmetik, sabun dan sebagainya yang bahan dasarnya dari CPO.

“Mempermudah investor yang orientasinya hilirisasi adalah satu-satunya cara agar Kaltim bisa mengarah ke sana. Jika tidak, maka seluruh investasi yang masuk akan selalu berbasis ekspor komoditas mentah. Nilai investasinya besar, namun perputaran ekonominya akan tetap sama,” tutupnya. (rom/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Transaksi SPKLU Naik Lima Kali Lipat

Jumat, 19 April 2024 | 10:45 WIB

Pusat Data Tingkatkan Permintaan Kawasan Industri

Jumat, 19 April 2024 | 09:55 WIB

Suzuki Indonesia Recall 448 Unit Jimny 3-Door

Jumat, 19 April 2024 | 08:49 WIB

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB
X