CPO Tahan Kinerja Industri Pengolahan

- Rabu, 17 Juni 2020 | 13:25 WIB
Industri pengolahan crude palm oil (CPO) mengalami penurunan akibat melemahnya permintaan di pasar global.
Industri pengolahan crude palm oil (CPO) mengalami penurunan akibat melemahnya permintaan di pasar global.

SAMARINDA- Laju pertumbuhan industri pengolahan non migas terancam tertahan. Pasalnya, industri pengolahan crude palm oil (CPO) mengalami penurunan akibat melemahnya permintaan di pasar global.

Bank Indonesia (BI) mencatat kinerja industri pengolahan Kaltim pada triwulan I tumbuh positif sebesar 3,23 persen (year on year/yoy). Lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,09 persen. Dengan pangsa sebesar 18,28 persen, industri pengolahan memberi kontribusi sebesar 0,64 persen (yoy) terhadap pertumbuhan ekonomi Kaltim pada triwulan I.

Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kaltim Muhammad Sjah Djafar mengatakan, penurunan kinerja CPO tersebut tecermin dari terkontraksinya volume ekspor CPO sebesar 9,94 persen (yoy) pada triwulan I. Setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh tinggi mencapai 54,14 persen (yoy).

Penyebab utama penurunan ekspor CPO bersumber dari terkontraksinya ekspor ke Tiongkok dan India, masing-masing sebesar 34,29 persen (yoy) dan 27,65 persen (yoy). Sebab pada triwulan sebelumnya tumbuh masing-masing sebesar 48,50 persen (yoy) dan 281,52 persen (yoy). “Namun terkontraksinya ekspor CPO hanya bersifat penundaan sementara,” jelasnya, Selasa (16/6).

Selain itu, oversupply di pasar global yang disebabkan oleh tingginya pasokan pada akhir triwulan IV 2019 juga berdampak pada ekspor CPO. Namun dampak Covid-19 memang paling memengaruhi ekspor CPO Kaltim. Apalagi saat merebak di Tiongkok pada triwulan I. Permintaan dari Tiongkok sendiri memiliki pangsa sebesar 27,81 persen terhadap total ekspor CPO Kaltim.

“Ini mengakibatkan kinerja CPO jadi tidak maksimal pada awal tahun yang menjadi penahan laju industri pengolahan. Namun, sebelumnya CPO menjadi salah satu sektor yang sangat memengaruhi peningkatan industri pengolahan Kaltim,” ungkapnya.

BI mencatat, peningkatan pertumbuhan kinerja industri pengolahan bersumber dari peningkatan produksi pupuk yang cukup signifikan pada triwulan I sebesar 37,54 persen (yoy). Setelah pada triwulan sebelumnya hanya tumbuh sebesar 4,19 persen (yoy).

Perbaikan tingkat produksi tersebut juga didukung kinerja produksi LNG yang tercatat mengalami sedikit perbaikan pada triwulan I, terutama bersumber dari kinerja lifting gas Kaltim pada triwulan I 2020 yang mengalami peningkatan. Jika pertumbuhan kinerja CPO bisa lebih baik, pertumbuhan ekonomi seharusnya bisa lebih apik.

“Penurunan ekspor CPO itu sementara sebab penundaan banyak terjadi saat Covid-19. Seiring pelonggaran pengiriman, ekspor CPO akan kembali meningkat,” pungkasnya. (ctr/ndu/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X