Tak Ingin Beijing Jadi Wuhan Kedua, China Kerahkan Paramiliter Lawan Virus

- Rabu, 17 Juni 2020 | 13:23 WIB
ongkok bersiap menghadapi kemungkinan terburuk. Penularan Covid-19 gelombang kedua. Tindakan cepat harus diambil karena lokasi ledakan penularan kali ini berada di ibu kota, Beijing.
ongkok bersiap menghadapi kemungkinan terburuk. Penularan Covid-19 gelombang kedua. Tindakan cepat harus diambil karena lokasi ledakan penularan kali ini berada di ibu kota, Beijing.

BEIJING– Tiongkok bersiap menghadapi kemungkinan terburuk. Penularan Covid-19 gelombang kedua. Tindakan cepat harus diambil karena lokasi ledakan penularan kali ini berada di ibu kota, Beijing. Situasi kian genting karena pertambahan pasien yang positif sudah di atas seratus orang.

’’Situasi epidemi di ibu kota sangat parah. Saat ini kami harus mengambil langkah tegas untuk menghentikan persebaran Covid-19,’’ ujar Juru Bicara Pemerintah Kota Beijing Xu Hejian.

Dilansir Agence France-Presse, kemarin (16/6) ada penambahan 27 kasus baru. Selama lima hari terakhir, total ada 106 orang di Beijing yang positif tertular. Semuanya berhubungan dengan klaster Pasar Xinfadi. Komisi Kesehatan Nasional melaporkan bahwa penularan di Provinsi Hebei dan Sichuan juga masih berkaitan dengan klaster di Beijing.

Sekitar 70 persen kebutuhan sayur dan buah di Beijing disuplai oleh Pasar Xinfadi. Sejak 30 Mei, ada sekitar 200 ribu orang yang berkunjung ke pasar tersebut. Lebih dari 8 ribu orang pekerja di pasar tersebut sudah dites dan dikarantina.

Distrik Fengtai yang menjadi lokasi Pasar Xinfadi mengumumkan peluncuran mekanisme perang dan pembentukan pusat komando untuk mengekang persebaran virus Sabtu (13/6). Global Times sempat mengunggah video polisi paramiliter yang berpatroli di Pasar Xinfadi tersebut.

’’Beijing tidak akan menjadi Wuhan kedua. Dunia akan melihat kekuatan kapasitas Tiongkok dalam mengontrol epidemi,’’ tulis Pemimpin Redaksi Global Times Hu Xijin di akun Twitter-nya.

Sebagai pencegahan, sekitar 30 area di Beijing di-lockdown. Otoritas terkait juga melakukan tes Covid-19 kepada puluhan ribu orang. Rencananya, semua pemilik dan manajer gerai di pasar, restoran, serta kantin-kantin pemerintah juga dites. Kapasitas pengujian di Beijing naik menjadi 90 ribu orang per hari.

Pemerintah juga menutup semua gedung olahraga dan pertunjukan untuk menghindari penularan. Sebanyak 11 pasar ditutup, lalu 33 ribu tempat penjualan makanan dan minuman serta 276 pasar agrikultur disemprot disinfektan.

Sebagian area di Beijing dipasangi pagar kawat cukup tinggi dengan dilengkapi penjaga. Penjaga keamanan mengecek orang yang keluar masuk permukiman penduduk. Orang-orang yang berisiko tinggi membawa virus dilarang meninggalkan kota.

Pemesanan makanan online kembali marak karena penduduk takut tertular. Sebelumnya, ketika lockdown di berbagai wilayah dicabut, warga sudah keluar rumah dan membeli makan secara langsung. Komisi Transportasi Beijing juga melarang taksi dan layanan kendaraan online membawa penumpang keluar kota. Jumlah penumpang transportasi umum dibatasi.

’’Saya meyakini ledakan penularan baru ini melibatkan jenis virus yang lebih menular dibandingkan yang pernah mewabah di Wuhan di awal pandemi,’’ terang Wakil Direktur Departemen Biologi Patogen di Wuhan University Yang Zhanqiu seperti dikutip The Guardian.

Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit Tiongkok Senin (15/6) menyebutkan bahwa virus yang kini menyebar di Beijing itu adalah jenis yang mayoritas ada di Eropa. Namun, belum diketahui dengan pasti apakah itu terbawa oleh manusia ataukah makanan yang diimpor dari Eropa. Yang jelas, Badan Pengawas Makanan Singapura menegaskan bahwa belum ada bukti penularan Covid-19 dari makanan, bungkus makanan, dan peralatan ke manusia.

Penularan Covid-19 secara global belum mereda. Sekjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengungkapkan bahwa saat ini per hari ada lebih dari 100 ribu kasus secara global. Hal itu terjadi dalam dua pekan terakhir. Padahal, di awal pandemi butuh dua bulan untuk sampai di angka tersebut. Tiga perempat kasus baru itu berasal dari sepuluh negara saja. Mayoritas adalah wilayah Asia Selatan dan Amerika.

’’Negara yang sudah mengendalikan penularan harus tetap waspada akan kemungkinan kemunculan ulang wabah,’’ tegasnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X