Gemari ”Pamer Bojo”, Biasa Nyanyi ”Kanggo Riko” saat Karaokean

- Selasa, 16 Juni 2020 | 10:47 WIB
Dwi Cahyono (kanan) bersama Dansecata Rindam XVII/Cenderawasih Letkol Inf Yoga Cahya Prasetya.
Dwi Cahyono (kanan) bersama Dansecata Rindam XVII/Cenderawasih Letkol Inf Yoga Cahya Prasetya.

Dwi Cahyono diasuh keluarga transmigran Jawa sejak berusia tiga hari. Hubungan dengan ayah kandungnya dari suku Awyu, Papua, tetap terjaga baik.

 

ELFIRA, Kabupaten Jayapura, Jawa Pos

 

NAMANYA Dwi Cahyono. Dia lahir dari sepasang suami istri suku Awyu nun di Papua sana. Tapi, kegemarannya justru menonton wayang kulit dan mendendangkan lagu-lagu Didi Kempot.

”Kulo diopeni wong tuwo angkat. Bapak angkat kulo Jawa Timur, asline Jember. Mak e Jawa Timur, asline Kediri (Saya dirawat orang tua angkat. Bapak angkat saya orang Jawa Timur, aslinya Jember. Ibu dari Jember, Red),” kata Dwi saat diminta untuk memperkenalkan diri oleh Cenderawasih Pos dalam bahasa Jawa.

Dwi tengah mengikuti pendidikan pertama tamtama TNI-AD di Lapangan Pancasila, Mako Rindam XVII/Cenderawasih, Sentani, Kabupaten Jayapura. Mardi Santoso dan Parinten, orang tua angkatnya, merupakan suami istri transmigran. Pemuda kelahiran 26 Agustus 1998 tersebut mereka asuh sejak berusia tiga hari. Setelah ibu kandungnya, Yulita Pari Kumuda, meninggal.

Jadi, tak mengherankan kalau kemudian Dwi, seperti ditunjukkannya di hadapan Cenderawasih Pos, bisa fasih melantunkan Pamer Bojo, salah satu hit almarhum Didi Kempot. Dengan logat khas Jawa Timur. Dwi menyebut orang tua angkatnya yang sehari-hari bertani mengasuhnya dengan penuh kasih sayang. Dia diperlakukan sama dengan kakak dan adik angkat, anak-anak kandung pasangan Mardi-Parinten.

Pulang sekolah, Dwi juga rutin membantu orang tua. Mulai membersihkan halaman rumah hingga pergi mencari rumput bersama ayah angkatnya untuk pakan ternak sapi mereka.

”Saya bisa berbahasa Jawa karena di rumah setiap hari kami berbahasa Jawa. Bapak, ibu, kakak, serta adik saya di rumah dalam berkomunikasi selalu menggunakan bahasa Jawa,” tutur dia. Dwi bisa bicara dalam bahasa Jawa ngoko dan kromo. Dalam video yang direkam Cenderawasih Pos saat dia diminta untuk memperkenalkan diri, Dwi berbicara dalam bahasa Jawa campuran, ngoko, kromo, dan diselingi beberapa kosakata bahasa Indonesia. Dialeknya khas Jawa Timuran.

Besar dalam asuhan keluarga Jawa itu pula yang membuat dia mengenal wayang kulit. Bersama bapak dan ibu angkat, Dwi yang dijadwalkan menyelesaikan pendidikan tamtama Oktober mendatang sering menontonnya di televisi. ”Meskipun saya tidak terlalu memahami isinya,” kata putra Agustinus Hemi Kumuda itu seraya tersenyum.

Namun, itu tak lantas membuat dia tercerabut dari akarnya. Dia memang diasuh dalam lingkup kultur Jawa. Tapi, dia juga tumbuh dan besar sebagaimana anak-anak Mappi lain.

Hubungan dengan ayah kandungnya, Agustinus Hemi Kumuda, tetap terjaga baik. ”Saya sering diantar orang tua angkat untuk menemui ayah kandung saya,” katanya saat ditemui di sela mengikuti pendidikan di Lapangan Pancasila Mako Rindam XVII/Cenderawasih.

Kabupaten Mappi yang diresmikan pada 2002 itu semula merupakan bagian dari Kabupaten Merauke. Akses utama dari Merauke menuju Kepi, ibu kota Mappi, lewat udara dengan menggunakan pesawat Twin Otter. Meski mayoritas wilayah Mappi berupa dataran rendah, menembusnya lewat darat tidaklah mudah. Jalannya berlumpur dan banyak dialiri sungai.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X