SAMARINDA- Inflasi Kaltim pada triwulan II 2020 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Sebab, tekanan inflasi Kaltim pada triwulan II berada dalam rentang 2,37–2,7 persen (year on year/yoy). Didorong oleh komoditas angkutan udara dan tren peningkatan harga emas yang masih berlanjut.
Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Kaltim Tutuk SH Cahyono mengatakan, meski maskapai sempat tidak beroperasi, tetapi kebijakan tersebut tidak diimplementasikan dalam periode yang panjang. Justru pelonggaran ketentuan bepergian dengan angkutan udara yang mulai diberlakukan pada akhir Mei mendorong harga tiket angkutan udara berangsur-angsur normal kembali, setelah mengalami deflasi yang cukup lama.
Sementara itu, inflasi emas perhiasan diperkirakan masih akan berlanjut. Meski pandemi Covid-19 di banyak negara sudah mulai menunjukkan penurunan, tetapi emas diperkirakan masih menjadi pilihan utama investasi sehingga mendorong harga emas tetap tinggi. “Sedangkan harga sejumlah bahan pangan cukup terkendali, namun perlu mendapat perhatian karena mulai sering mengalami tekanan,” jelasnya, Senin (15/6).
Tutuk menjelaskan, selama triwulan I 2020, beberapa harga komoditas pangan mengalami gejolak. Memasuki Ramadan, harga sebagian besar bahan pokok seperti harga bawang putih, daging ayam, telur ayam, dan cabai rawit menunjukkan harga yang lebih rendah dan stabil dibandingkan bulan sebelumnya.
Capaian ini tidak terlepas dari upaya lintas instansi dalam memastikan ketahanan pangan di masa pandemi. Baik di sisi peningkatan produksi, kelancaran distribusi, ketersediaan serta keterjangkauan harga di masyarakat. “Malah setelah Lebaran, kenaikan harga terjadi pada beberapa komoditas seperti bawang merah, cabai merah, dan daging sapi,” ungkapnya.
Sedangkan, penahan laju inflasi triwulan kedua tercatat disebabkan deflasi pada April 0,14 persen, hampir mirip dengan bulan sebelumnya yang tercatat deflasi sebesar 0,15 persen (mtm). Dengan perkembangan tersebut, sampai dengan April 2020, inflasi Kaltim 2020 mencapai 0,42 persen year to date (ytd), atau secara tahunan tercatat sebesar 1,96 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi Maret 2020 sebesar 2,19 persen (yoy).
Deflasi Kaltim pada April 2020 bersumber dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau, transportasi, serta informasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Pembatasan aktivitas masyarakat menjadi penyebab utama deflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau serta kelompok transportasi.
Pasokan bahan makanan Kaltim cukup terjaga meskipun terdapat pengetatan jalur transportasi. Adapun deflasi kelompok transportasi bersumber dari menurunnya permintaan angkutan udara, sejalan dengan imbauan pemerintah untuk tidak bepergian ke luar wilayah atau daerah yang terjangkit Covid-19.
Sementara deflasi pada kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan bersumber pada turunnya biaya pulsa ponsel. Namun demikian, deflasi lebih dalam tertahan oleh naiknya harga emas perhiasan sejalan dengan kenaikan harga emas dunia. Secara umum, kenaikan harga emas disebabkan oleh ketidakpastian kondisi global akibat mewabahnya Covid-19 di seluruh dunia, sehingga banyak yang mengalihkan investasinya ke instrumen yang lebih aman seperti emas. (ctr/ndu/k15)