Pusat sudah mengeluarkan instruksi, untuk tahun ajaran baru memang dilaksanakan pada 13 Juli mendatang. Namun, tak dipaksakan dilakukan secara tatap muka. Bahkan, Presiden Joko Widodo meminta untuk tidak grusa-grusu.
TINGKAT kesembuhan mereka yang terpapar Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di Samarinda memang cukup tinggi. Hal itu berdampak ke dunia pendidikan. Pelaksanaan tahun ajaran baru yang dijadwalkan pertengahan Juli, dan berpotensi kembali aktivitas pelajar seperti sebelum pandemi, membuat sekolah-sekolah mulai mengambil ancang-ancang.
Dinas Pendidikan (Disdik) Samarinda yang sudah membuat skema, juga masih pikir-pikir untuk menerapkan. Lantaran fasilitas ruang belajar yang ada di kebanyakan sekolah di Samarinda masih terbatas.
Sebagai pengamat pendidikan, Musyahrim, secara tegas menyebut, pemerintah daerah tak seharusnya mengikuti kemauan pusat. “Kalau belum nol, jangan sesekali berani mengeluarkan instruksi peserta didik harus kembali turun sekolah. Risiko terpapar sangat besar. Kan enggak ada yang mau gelombang kedua terjadi,” ujar mantan Kadisdik Kaltim itu. Untuk menentukan kapan masuk, dia meminta pemerintah daerah harus bisa memastikan virus corona benar-benar nol. “Jangan coba-coba menyepelekan, itu mengancam murid. Kebijakan dari Kemendikbud jangan dipukul rata. Wali kota harus melihat kondisi di daerah. Jangan diizinkan kalau masih ada temuan,” tegasnya.
Dia tak ingin Disdik nantinya justru menyesal setelah anak-anak dibiarkan turun sekolah. Tak dimungkiri, metode belajar yang terbaik memang melalui tatap muka. Namun, situasi saat ini tidak memungkinkan. Dia tak menganjurkan Pemkot Samarinda dalam hal ini Disdik tidak melihat kondisi penyebaran wabah di Kota Tepian. “Jangan aturan ditelan bulat-bulat. Enggak boleh juga terlalu patuh dengan kebijakan pusat yang tidak mengakomodasi kondisi daerah. Tolak dengan data yang riil. Kalau muncul klaster sekolah, siapa yang mau tanggung jawab. Seperti di luar negeri, begitu diaktifkan kembali, justru banyak yang terpapar,” tuturnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kadisdik Samarinda Asli Nuryadin yang diwawancarai kemarin (3/6) menjelaskan, 13 Juli memang merupakan agenda tahun ajaran baru dalam kalender pendidikan. “Tapi kan belum ada keputusan benar-benar masuk sekolah. Instruksi terbaru kan kabarnya belajar tetap lewat daring sampai akhir tahun,” jelasnya. Asli tentu bakal mengikuti perintah presiden dan menteri. Dan alhamdulillah, sejalan dengan yang dimaksudkan, yakni menunda untuk turun sekolah hingga akhir tahun. “Ada masukan dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), karena memang pelajar itu rentan,” tegasnya.
Kalau harus turun, lanjut Asli, pihaknya pusing. Sumber daya manusia (SDM) dalam hal guru tentu harus ditambah. Selain itu, jam pertemuan bisa dipangkas. Yang tadinya 2x45 menit, bisa 1x25 menit. Masih diberlakukannya KBM sistem daring, nantinya ada model-model belajar terbaru yang lebih konkret. “Karena memang ada guru yang belum familier menggunakan daring,” kuncinya. (dra2/k8)