Bersamaan dengan pemberlakukan new normal di daerah lain, sementara di Samarinda menerapkan fase relaksasi, bidang pendidikan paling banyak dipertanyakan publik. Metode kegiatan belajar mengajar pun belum jelas.
SOROTAN tajam dilayangkan Ketua Komisi IV DPRD Kaltim Rusman Yaqub. Ia sudah mendengar metode kegiatan belajar mengajar (KBM) yang dicanangkan pusat. Yakni pemberlakuan jarak antarmurid.
Pria yang malang melintang di kancah politik itu menuturkan, meski masih ada waktu sebulan sebelum pemberlakuan KBM dengan tatap muka, layaknya sebelum Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) datang, pemerintah seharusnya sudah harus menyiapkan secara matang. Menurut dia, masalah belajar di tengah wabah harus benar-benar disikapi. “Bukan sekadar datang ke sekolah. Namun, sistem pembelajaran, waktu istirahat, konsumsi makanan, hingga lainnya. Kan bukan hanya sekolah yang punya peran, orangtuanya kan juga,” ujar pria kelahiran Barru, Sulawesi Selatan, itu.
Bicara jarak tempat duduk siswa-siswi nanti, jika diberlakukan, tentu membutuhkan banyak fasilitas. “Harusnya pemerintah menyiapkan dulu penunjang-penunjang itu, agar tak tergagap-gagap ketika menjalankan metode tersebut,” tambahnya.
Menanggapi pertanyaan publik, Dinas Kesehatan (Diskes) Samarinda rupanya belum membahas tahapan relaksasi di bidang pendidikan. Kadiskes Samarinda dr Ismed Kosasih menyebut, tentu ada protokol nantinya. “Relaksasi sementara memfokuskan untuk meningkatkan perekonomian. Untuk pendidikan kami juga akan berkoordinasi dengan Disdik. Tapi pastinya instansi terkait sudah mengantisipasi kondisi saat ini,” ujarnya. Pihaknya juga belum bisa mengeluarkan skema terkait metode KBM di sekolah. Pasalnya, ada dua fase relaksasi yang bakal dilalui sebelum tahun ajaran baru dimulai. “Kan situasi bisa berubah-ubah. Namun, memang sudah saatnya untuk membangun kesiapan dari sekarang,” jelasnya.
Melihat kondisi saat ini, Kadisdik Samarinda Asli Nuryadin menuturkan, penggunaan masker, tempat cuci tangan tentu sudah dipersiapkan. Soal jarak, Asli menegaskan, belum ada pilihan lain. “Masalah itu (jarak tempat duduk) susah diterapkan di Samarinda,” ujarnya. “Tapi kalau memang sistem jarak tetap diberlakukan, mau tidak mau harus diterapkan,” tegasnya. Asli tetap menunggu kepastian dari pusat untuk penerapan sistem belajar mengajar di tengah situasi pandemi. Ia mengeluhkan sekolah kekurangan ruang belajar.
Jika berjarak antara satu murid dengan yang lainnya, total siswa dalam sekelas harus dibagi separuhnya. Maksimal hanya 15-17 orang per kelas. Diungkapkannya, ada dua model yang bisa diterapkan, per jenjang atau per kelas. “Sistem jenjang, misalnya hari ini yang masuk sekolah kelas V, sementara kelas VI belajar di rumah lewat online. Secara bergantian dengan jenjang yang lain. Nanti yang atur pihak sekolah dengan melihat kondisi bangunan,” kuncinya. (dra2/k16)