Dukung Penundaan New Normal di Dunia Pendidikan

- Senin, 1 Juni 2020 | 23:01 WIB
ilustrasi
ilustrasi

JAKARTA– Ikatan Guru Indonesia (IGI) dukung sikap pemerintah tunda penerapan new normal di dunia pendidikan. Sikap pemerintah itu disampaikan Menko PMK Muhadjir Effendi. Pemerintah tidak ingin tergesa-gesa menerapkan new normal di sekolah, kampus, dan lembaga pendidikan lainnya.

Dukungan tersebut disampaikan langsung Ketua Umum IGI Muhammad Ramli Rahim. Dia meminta secara resmi Mendikbud Nadiem Makarim untuk segera menyampaikan ke masyarakat bahwa pemerintah tidak terburu-buru menerapkan new normal di dunia pendidikan. ’’Sebab begitu banyak dinas pendidikan saat ini yang sudah bersiap-siap menjalankan pembelajaran tatap muka mulai 13 Juli,’’ katanya (31/5).

Ramli menuturkan IGI tetap menolak keinginan banyak pihak yang mendorong pembelajaran tatap muka dijalankan, walaupun dengan protokol kesehatan yang ketat. Termasuk memperpendek waktu belajar menjadi hanya 4 jam tanpa istirahat dalam sehari.

Mereka meyakini sekolah upaya menjalankan protokol kesehatan di sekolah saat ini cukup berat. Apalagi 60 persen guru di sekolah statusnya guru non PNS dengan penghasilan sekitar Rp 250 ribu/bulan. Apalagi protokol yang ketat itu dimulai sejak anak masuk pagar sekolah hingga pulang meninggalkan pagar sekolah. Itupun belum termasuk protokol yang harus dijalani anak-anak sejak keluar rumah dan selama di perjalanan menuju sekolah.

Menurut Ramli potensi penularan Covid-19 kepada anak sangat tinggi. Meskipun anak-anak hanya belajar di dalam kelas selama satu jam saja. Dia menjelaskan kalapun ada sekolah yang bisa menerapkan protokol kesehatan dengan ketat, kemungkinan hanya sekolah-sekolah bonafit yang berbiaya mahal.

’’Oleh karena itu Kemendikbud harus bersikap tegas sesuai arahan Presiden,’’ tuturnya. Ramli mengatakan saat ini Kemendikbud seperti mengalami kegamangan. Kondisi ini mengakibatkan pemda atau dinas pendidikan mempertaruhkan kesehatan dan keselamatan peserta didik. Dia menegaskan new normal di dunia pendidikan diterapkan jika new normal secara umum berjalan baik dan tidak berdampak peningkatan kembali kasus Covid-19.

Dia mencontohkan sebanyak 86 anak dinyatakan positif terinfeksi virus korona di NTT sampai Kamis (28/5). Dari jumlah itu, sebanyak 35 kasus merupakan balita di rentang usia 0-5 tahun. Kemduian sisanya 51 anak rentang usia di atas lima tahun sampai 18 tahun. Sementara di Jakarta sebagai episentrum Covid-19 kasus Covid-19 pada usia 0-5 tahun sebanyak 89 kasus.

Selain itu petisi Tunda Masuk Sekolah Selama Pademi sampai sekarang sudah diteken sebanyak 92 ribu orang lebih. Ramli mengatakan data-data tersebut sudah bisa jadi dasar untuk Kemendikbud mengambil keputusan jelas dan terang benderang. Selama ini Kemendikbud memang belum tegas dan terkesan menyerahkan ke BNPB dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Dalam kesempatan terpisah, Menko PMK Muhadjir Effendy mengatakan pengurangan pembatasan di sektor pendidikan masih dibahas sematang mungkin. Dia mengatakan presiden wanti-wanti supaya tidak grusa-grusu atau tergesa-gesa. Sebab Muhadjir mengatakan resikonya terlalu besar untuk sektor pendidikan. Menurut Muhadjir, kalau nanti salah kelola bisa jadi klaster baru. ’’Dan kalau menjadi klaster baru, konsekuensinya di dunia citra kurang bagus, bahkan sangat membayakan’’ katanya. Karena kebijakan ini menyangkut anak-anak. (wan)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Garuda Layani 9 Embarkasi, Saudia Airlines 5

Senin, 22 April 2024 | 08:17 WIB
X