Bertahan dengan Diversifikasi Produk

- Senin, 1 Juni 2020 | 19:15 WIB
Pengusaha tanaman hidroponik juga mengalami penurunan.
Pengusaha tanaman hidroponik juga mengalami penurunan.

SAMARINDA - Tak hanya industri besar, para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) juga dituntut untuk terus berinovasi agar usahanya masih bisa bertahan di tengah gempuran virus corona. Sebab permintaan di masyarakat melemah, ditambah perilaku berbelanja mereka yang beralih ke daring.

Salah satu yang mengalami penurunan pendapatan adalah pengusaha tanaman hidroponik, Niko Agus Bintoro. Dia mengungkapkan pada awal pandemik corona, kebunnya sedang panen besar, namun tanamannya tidak terserap maksimal di pasar seiring pelemahan daya beli. Hasil produksi yang biasanya dijual ke resto kebab dan lain-lain, tak bisa dilakukan karena tutup dan hanya melayani take away.

“Otomatis pembelian sayur turun drastis. Agar sayur tetap terjual, kami melempar hasil produksi ke pasar tradisional dengan harga jauh di bawah. Nah, di situlah petani mulai down,” ujarnya, Minggu (31/5).

Niko mengungkapkan, pada awal Ramadan lalu permintaan sayur mulai meningkat. Hanya, ketersediaan sayurnya sangat sedikit karena pandemic corona masih berlangsung dan para petani belum berani untuk berspekulasi. "Jadi mau tidak mau pada awal-awal para petani menurunkan produksi lebih dari 50 persen," ujarnya.

Untuk tetap bisa survive di tengah pandemi, para petani merambah ke jenis sayuran lain seperti pakcoy, seledri, bayam, dan sawi king samhong. Alasannya saat Ramadan lalu permintaan selada menurun karena banyak resto tutup di siang hari. "Sebelum puasaan atau awal-awal berita Covid-19, kita sudah nyemai beberapa jenis sayuran. Itu kita targetkan untuk dijual di bulan puasa," jelasnya.

Namun demikian, mereka tetap menjaga produksi selada, karena pedagang kebab dan grill terancam pontang panting mencari selada jika tidak mendapat supply. "Kalau beli di pasar tradisional harganya tinggi. Biasa 40-60 ribu per kilogram. Apalagi ketika barang mulai langka, pihak lain jual dengan harga setinggi-tingginya," ungkapnya

Alhasil, pihaknya akan tetap produksi selada dalam kondisi apapun. Karena sekarang lubang tanam pihaknya mencapai 15 ribu. "Kalau masalah kerugian sih kita tidak bilang rugi, karena barang tetap terjual meskipun dengan harga di bawah, tapi alhamdulillah masih bisa buat mengembalikan modal produksi," pungkasnya. (*/ain/ndu/k18)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X