Kerusuhan Meluas, Dua Warga Tewas, Trump Umumkan AS Mundur dari WHO

- Senin, 1 Juni 2020 | 13:52 WIB
Mobil polisi dibakar massa. (AFP)
Mobil polisi dibakar massa. (AFP)

MINNESOTA – Kematian George Floyd harus dibayar mahal. Aksi massa di penjuru AS merenggut nyawa seorang demonstran berusia 19 tahun di Detroit dan petugas kontrak Layanan Perlindungan Federal di Oakland. Ratusan orang di berbagai kota juga ditangkap karena berbuat anarkistis.

Dilansir CNN, pemuda asal Detroit itu tewas saat ikut aksi massa pada Jumat malam (29/5) waktu setempat. Mobil Dodge Durango abu-abu tiba-tiba berhenti dan orang di dalamnya menembak ke arah demonstran. Pelaku belum tertangkap.

Muncul dugaan, ada pihak yang memperkeruh situasi karena penembakan yang terjadi di Oakland juga serupa. Sebuah mobil mendekat ke gedung Federal Ronald V. Dellums, Oakland. Orang di dalamnya menembaki petugas. Dua terluka, salah satunya akhirnya tewas.

Massa memang menjadi beringas. Polisi menjadi sasaran. Penjarahan juga terjadi di mana-mana. Kepala Polisi Detroit James Craig mengaku menahan seseorang yang berusaha menabrak petugas kepolisian. ’’Saya tidak akan tinggal diam, membiarkan para kriminal datang ke sini dan menyerang petugas serta membuat masyarakat tidak aman,’’ tegas Craig.

Gara-gara aksi massa selama beberapa hari terakhir, belasan kota menerapkan jam malam. Di antaranya, Minneapolis, St Paul, Roseville, Dakota County, Edina, Anoka County, dan Bloomington.

Namun, banyak yang melanggar jam malam tersebut. Bau barang-barang yang terbakar memenuhi jalanan Minneapolis dan sekitar. Mereka masih tak terima atas kematian George Floyd pada Senin (25/5). Pria kulit hitam itu mabuk dan membayar di toserba dengan uang palsu. Polisi mengamankannya. Tangannya diborgol dan posisi tubuhnya tengkurap ke tanah.

Saat itulah petugas kepolisian Derek Chauvin menekan leher Floyd dengan lututnya. Dia bergeming meski Floyd berkata tak bisa bernapas. Floyd akhirnya dinyatakan meninggal di Hennepin County Medical Center.

Chauvin dan tiga petugas lainnya yang bertugas saat itu sudah dipecat. Namun, mereka tidak diproses hukum meski telah menghilangkan nyawa orang. Itulah yang membuat warga AS murka. Massa bukan hanya warga kulit hitam, tapi juga mereka yang berkulit putih. Salah satu sasaran aksi adalah rumah Chauvin. Massa mencoret-coret tembok rumah Chauvin.

’’George Floyd bukan yang pertama. Apa yang harus kami lakukan, hanya duduk dan melihat?’’ tegas Jerry, demonstran kulit putih di Minneapolis, seperti dikutip Agence France-Presse.

Berdasar data yang dikumpulkan The Washington Post, tahun lalu lebih dari seribu orang tewas lantaran ditembak polisi di AS. Sebagian besar adalah orang kulit hitam. Sejatinya keinginan massa sudah dipenuhi pada Jumat. Chauvin, mantan polisi yang menekan leher Floyd, dijerat dengan dakwaan pembunuhan tingkat tiga, yaitu tindakan tidak sengaja yang mengakibatkan kematian. Dia juga didakwa melakukan kelalaian yang mengakibatkan orang kehilangan nyawa.

Sayang, dakwaan itu terlambat sehingga tak mampu lagi menenangkan massa. Amarah penduduk telanjur memuncak. Kepolisian Minneapolis bahkan sampai mengerahkan beberapa helikopter untuk mengendalikan situasi. Suara ledakan dan tembakan gas air mata terjadi di mana-mana. Sekitar 700 personel Garda Nasional juga diterjunkan Jumat. Kemarin ada tambahan seribu orang lagi. ’’Ini menakutkan, tapi penting. Kadang hal tertentu harus jadi buruk dulu sebelum membaik,’’ ujar salah seorang pengunjuk rasa.

Kasus penembakan Floyd merembet. Massa pun meminta polisi yang menembak Breonna Taylor Maret lalu juga diseret ke meja hijau. Sama dengan pembunuh Floyd. Kala itu polisi melakukan pencarian dan penggeledahan kasus narkoba. Mereka masuk ke apartemen Taylor tanpa mengetuk pintu. Kaget, Kenneth Walker menembak salah seorang petugas, Sersan Jonathan Mattingly. Walker adalah pacar Taylor. Mattingly selamat. Namun, rekannya langsung menghujani Taylor dengan delapan timah panas. Perempuan Afrika Amerika itu tewas. Kasusnya tersendat karena tidak ada bukti video layaknya insiden yang menimpa Floyd.

Massa di Louisville, Kentucky, marah Kamis (28/5) setelah rekaman Walker menelepon 911 di hari kejadian beredar. Walker sempat ditahan sebelum akhirnya dibebaskan. Aksi massa itu berujung ricuh dan tujuh orang tertembak. Mereka semua selamat. Versi polisi, bukan mereka yang menembak para demonstran tersebut.

Tak semuanya setuju tentu saja. Beberapa massa ingin benar-benar melakukan aksi damai. Tindakan anarkistis hanya membuat polisi memiliki alasan untuk menembak para pengunjuk rasa.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X